MAKALAH MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
TERKAIT KASUS “USG”
Oleh : Rizka Ayu
Setiyani, SST, M.PH
KELOMPOK 6
·
Ketut ayu wulantari (16140018)
·
MARIA MINCELINA KEWA (16140050)
·
NOVYANTI ISRA MAWANG (16140048)
·
ANA KRISNAWATI
(16140073)
Program studi DIV bidan pendidik
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 15 November 2017
kelompok
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ……………………………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………
KATA PENGANTAR ……………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..
A. Latar Belakang ………………………………………….
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
C. Tujuan Penulisan ……………………………………….
D. Manfaat Penulisan ………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. .
A. Pengertian USG........................................................
B. Manfaat USG............................................................
C. Komponen dalam Mesin USG……………..........................
D. Prinsip kerja USG.....................................................
BAB III PENUTUP ……………………………………………
A. Simpulan ………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pencitraan memegang peranan yang sangat penting di bidang
medis. Teknologi pencitraan medis menawarkan potensi sangat besar dalam
membantu dokter melakukan pencegahan dini, penetapan diagnosis, serta pemberian
treatment lanjutan kepada para pasien. Pada banyak kasus, teknologi ini juga
telah menjadi langkah pertama dari serangkaian proses tindakan medis yang harus
dilakukan dokter. Di sisi yang lain, pengolahan data citra medis berbasis
komputer telah terbukti mempermudah proses yang harus dilakukan dokter dengan
lebih cermat, teliti dalam waktu yang singkat. Namun sayangnya, di Indonesia
nampaknya potensi tersebut belum banyak tergali baik pada tataran riset ataupun
untuk keperluan real di rumah sakit[1].
Pendiagnosaan
menggunakan ultrasonografi memiliki banyak keuntungan dibandingkan denga
modalitas yang lain. Akan tetapi pada saat ini, ultrasonografi yang
digunakan rumah sakit – rumah sakit dan klinik di I ndonesia
masih didatangkan dari luar negeri dengan harga mahal. Ini jelas berpengaruh
kepada harga yang harus dibayar pasien yang membutuhkan pendiagnosaan
menggunakan USG. Disamping itu adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
sebagai pusat atau ujung tombak layanan kesahatan masyarakat di Indonesia, ini
karenakan hampir setiap kelurahan/desa mempunyai puskesmas ini.
Sementara itu, ironisnya setiap jam, 10 bayi dari 520 bayi
yang lahir di Indonesia meninggal dunia. Dan Angka kematian ibu melahirkan di
Indonesia, 307 per 100.000 kelahiran, tertinggi di Asia. Salah satu faktornya
adalah dimana Puskesmas belum menyediakan peralatan teknologi berbasis USG ini.
Untuk mengetahui kondisi bayi dalam kandungan diperlukan USG, namun harga USG
yang mahal menyebabkan hanya sedikit masyarakat yang dapat menggunakan USG
tersebut. Mahalnya teknologi ini salah satu penyebabnya adalah Operating System dan core system USG tersebut menggunakan
software berlisensi, dan adanya pajak pengiriman menyebabkan harga USG semakin
mahal.
USG dapat menjadi pilihan untuk mendiagnosa kelainan didalam
tubuh dan pemeriksaan kehamilan karena tidak mengandung resiko yang
membahayakan seperti resiko yang ditimbulkan dari peralatan diagnostik yang menggunakan
zat radioaktif. Karena banyaknya keuntungan yang dapat diberikan oleh USG, maka
pada saat ini makin banyak dilakukan penelitian dan upaya perancangan
menyangkut dengan USG. Untuk itu, usaha dan penelitian yang dilakukan ini
diharapkan mampu memberi kontribusi untuk penciptaan USG di Indonesia, sehingga
mampu mengurangi harga yang harus dibayarkan.
Secara umum proses itu akan melalui proses berikut,
gelombang yang dipancarkan oleh transmitter (tranduser) akan diterima receiver (dalam hal ini adalah tranduser
itu sendiri). Gelombang yang diterima transducer, berupa sinyal A–Mode yang
selanjutnya diproses menjadi hasil B–Mod e. Hasil B–Mode menunjukkan tingkat
kecerahan citra berdasarkan tingkat grayscale
– nya. Dalam penelitian ini, penulis menfokuskan pada proses pengembanangan
perangkat lunak untuk pengolahan hasil akuisisi data sinyal A-mode menjadi
B-mode saja. Dan dilanjutkan pada pengembangan antarmuka visualisasi citra
dengan analisis pencitraan untuk hasil citra USG yang lebih baik atau optimal.
Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti dibatasi
sesuai judul yang diajukan yaitu “ Pengembangan dan Pengkayaan Fungsi Antarmuka
Perangkat Lunak untuk Visualisasi dan Analis Citra Ultrasonografi”. Peneli tian
yang dilakukan menggunakan program Matlab. Setelah didapat data awal berupa
sinyal A–Mode atau pulsa e cho, yang selanjutnya sinyal A–Mode diubah menjadi
citra B– Mode menggunakan program Matlab tersebut. Percobaan tahap pertama
dibatasi dengan penggambaran awal obyek sampai menghasilkan sinyal A–Mode
berupa data – dat a nilai x dan y dalam koordinat kartesian. Sedangkan untuk
penelitian selanjutnya dibatasi sampai menghasilkan citra 2 dimensi dalam
B-mode dan analisis data input A-mode. Peneliti tidak merancang perangkat
keras, dan proses akuisisi data dari dari DAQ, ataupun proses yang terjadi
dalam sistem sehingga menjadi pulsa echo atau A-mode.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dasar dari teknik
rekonstruksi visual hasil citra ultrasonik. men simulasiakn rancangan USG untuk
mengetahui parameter – param eter optimal yang menentukan kualitas citra.
Melakukan pengembangan antarmuka visual dan anaslisis citra terhadap rancangan
USG.
Manfaat penelitian ini adalah Memahami dasar proses
perancangan citra ultrasografi, memperoleh parameter– parameter optimal dalam
menghasilkan citra ultrasonografi, memberi kontribusi dalam pengembangan
teknologi USG di Indonesia. Metode penelitian yang akan dilakukan dengan. studi
kepustakaan , simulasi, dan eksperimen
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan
masalah yaitu “Aplikasi Ultrasonografi (USG) Dalam Bidang
Kesehatan".
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dibuat berdasarkan rumusan masalah di atas
yaitu:
· Pengertian Ultrasonografi
(USG)
· Jenis
gelombang yang digunakan dalam Ultrasonografi (USG)
· Manfaaat
Ultrasonografi (USG)
· Komponen Ultrasonografi
(USG)
· Prinsip
Kerja Alat Ultrasonografi (USG)
· Kelebihan
dan Kekurangan Ultrasonografi (USG)
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
· Menjelaskan tentang
Ultrasografi (USG)
· Menjelaskan
Manfaat Ultrasonofrafi (USG)
· Menjelaskan
Komponen dan Prinsip Kerja Ultrasonografi (USG)
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
· Dapat
memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam
bidang kesehatan.
· Bagi
mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar tentang
aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ultrasonografi
(USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknologi
pencitraan medis, yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran saat ini.
Kurangnya penelitian berkaitan dengan teknologi USG di Indonesia menjadikan
ketergantungan pembelian perangkat USG secara import. Tujuan penelitian ini
adalah mengembangkan suatu antarmuka dan pengkayaan fungsi perangkat lunak
untuk visualisasi dan analisis citra USG. Eksperimen awal dilakukan dengan
mengolah hasil data dari sinyal A-mode dan kemudian divisualisasi menjadi
B-mode. Selanjutnya dikembangkan suatu antarmuka visual dan analisa proses
pencitraan, serta penambahan fungsi citra lainnya. Visualisasi citra USG belum
secara real time. Visualisasi citra dalam bentuk citra B-mode dan Video. Citra
bisa dikarakterisasi dengan menggu-naan filter IIR dan FIR ataupun tanpa
filter. Aplikasi mendukung penggunaan lowpass filter dan highpass filter dan
perubahan kondisi nilai cut-off secara dinamis. Pengubahan filter order
menentukan hasil citra yang divisualkan. Pada nilai filter older tertentu
dengan karakteristik filter yang berbeda akan menghasikan citra yang bervariasi.
Hasil visual citra scan dapat disimpan dalam format gambar .jpg dan dicetak.
Aplikasi bisa menvisualkan konstruksi proses sinyal data grafik. Dalam hal ini
pengguna dapat memilih line data
pada
frame layer untuk dianalisa. Pengembangan antarmuka memberikan kemudahan dalam
penggunaan aplikasi, serta bisa memahami proses visualisasi dengan lebih baik.
Komponen-komponen antarmuka yang jelas menjadikan solusi analisa visualisasi,
dan pemahaman terhadap algoritma USG lebih jauh.
Kata Kunci : Ultrasonografi, Matlab, A-mode, B-mode, Antarmuka Visual
Sejarah perkembangan Ultrasonik secara ringkas bisa dilihat
pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel
2.1 Perkembangan teknologi ultrasonic
Waktu
|
Perkembangan Ultrasonik
|
Th. 1790-1930an
|
Mengukur jarak dengan Echo
|
Th.1940an
|
Dussik mencitrakan otak
|
Th. 1950an
|
Ultrasonik Doppler M-Mode
|
Th.1960an
|
Contact B-scanner Pengamatan mekanik
|
real-time Echoencephalography
|
|
Th. 1970an
|
Pencitraan real-time Scan-conversion Gray-
|
scale Linear and phased arrays Commercial
|
|
array system Puked wave Doppler
|
|
Th. 1980an
|
Pencitraan aliran berwarna Wideband and
|
spesialized transducer
|
|
Th. 1990an
|
Sistem digital Pencitraan harmonik
|
Th. 2000an
|
pencitraan 3 D
|
Handheld 2 D array for 3 D imaging
|
Sumber : Thomas L. Szabo, 2004
B. Manfaat
Ultrasonografi (USG)
Manfaat dari ultrasonografi adalah untuk
pemeriksaan kanker pada hati dan otak, melihat janin di dalam rahim ibu
hamil, melihat pergerakan serta perkembangan sebuah janin,
mendeteksi perbedaan antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, yang tidak
dapat dilakukan oleh sinar x, sehingga mampu menemukan tumor atau gumpalan
lunak di tubuh manusia.
Selain manfaat di atas, ultrasonografi
dimanfaaatkan untuk memonitor laju aliran darah. Pulsa ultrasonik berfrekuensi
5 – 10 MHz diarahkan menuju pembuluh nadi, dan suatu reciever akan menerima
signal hamburan gelombang pantul. Frekuensi pantulan akan bergantung pada gerak
aliran darah. Tujuannya untuk mendeteksi thrombosis (penyempitan pembuluh
darah) yang menyebabkan perubahan laju aliran darah.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi
lebih aman dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan sinar-x (sinar Rontgen)
karena gelombang ultrasonik yang digunakan tidak akan merusak material yang
dilewatinya sedangkan sinar x dapat mengionisasi sel-sel hidup. Karena
ultrasonik merupakan salah satu gelombang mekanik, maka pemeriksaan ultrasonografi disebut pengujian tak
merusak (non destructive testing) . Aplikasi gelombang bunyi dalam bidang
kedokteran yang lain adalah penggunaan ultrasonografi untuk
pemeriksaan kanker pada hati dan otak. Selain itu, ultrasonografi dapat
mengukur kedalaman suatu benda di bawah permukaan kulit melalui selang waktu
dipancarkan sampai dipantulkan kembali gelombang ultrasonik.
Adapun manfaat USG pada pemeriksaan kendungan sesuai usia kehamilan :
Trimester I :
§ Memastikan hamil atau tidak.
§ Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin
dan tanda kehidupannya.
§ Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
§ Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan
selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II :
§ Melakukan penapisan secara menyeluruh.
§ Menentukan lokasi plasenta.
§ Mengukur panjang serviks.
Trimester III :
§ Menilai kesejahteraan janin.
§ Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
§ Melihat posisi janin dan tali pusat.
§ Menilai keadaan plasenta.
C. Komponen
dalam Mesin Ultrasonografi (USG)
Pada prinsipnya, ada tiga komponen mesin USG. Pertama, transduser, komponen
yang dipegang dokter atau tenaga medis, berfungsi mengalirkan gelombang suara
dan menerima pantulannya dan mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik.
Kedua, monitor, berfungsi memunculkan gambar. Ketiga, mesin USG sendiri,
berfungsi mengubah pantulan gelombang suara menjadi gambar di monitor. Tugasnya
mirip dengan central proccesing unit (CPU) pada komputer personal.
2.1 Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik dengan
frekuensi di atas 20 kHz. Gelombang ini dapat merambat dalam medium padat, cair
dan gas, hal disebabkan karena gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi
sebagai interaksi dengan medium yang dilaluinya.
Gambar 2.2 Rentang frekuensi gelombang akustik
(a) Acoustic spectrum dan (b) medical
ultrasound spectrum.
2.2 Karakteristik Ultrasound
Perambatan gelombang ultrasonik dalam medium disebabkan oleh
getaran bolak-balik partikel melewati titik keseimbangan searah dengan arah rambat
gelombangnya. Maka, gelombang bunyi lebih dikenal dengan gelombang
longitudinal. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang suara dengan frekuensi
di atas 20 kHz. Frekuensi ultrasonik yang digunakan untuk diagnosis berkisar 1
sampai 10 MHz [6 dan 7]. Jika gelombang ultrasonik merambat dalam
suatu medium, maka partikel medium mengalami perpindahan energy[13].
Besarnya energi gelombang ultrasonik yang dimiliki partikel medium adalah
jumlah energi potensial (Joule) dan energi kinetik (Joule).
Interaksi
gelombang ultrasonik dengan jaringan mempengaruhi sinyal yang diterima oleh receiver. Ini disebabkan oleh gelombang
ultrasonik mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh suatu medium.
Ketika medium yang berdekatan memiliki impedansi akustik yang hampir sama,
hanya sedikit energi yang direfleksikan. Impedansi akustik memiliki peran
menetapkan transmisi dan refleksi gelombang di batas antara medium yang
memiliki impedansi akustik yang berbeda. Peristiwa hamburan yang terjadi ketika
gelombang ultrasonik berinteraksi dengan batas antara dua medium. Jika batas
dua medium relatif rata, maka pulsa ultrasonik dapat disebut dengan specular reflection (seperti pemantulan pada cermin) dimana semua pulsa ultrasonik akan dipantulkan ke
arah yang sama. Permukaan yang tidak rata menyebabkan gelombang echo dihamburkan ke segala arah. adanya
peristiwa penghamburan (scattering) dan penyerapan (absorption) menyebabkan
gelombang suara yang merambat melawati suatu medium mengalami adanya suatu
pelemahan intensitas (Atenuasi) [7]. Ketika gelombang ultrasonik
melalui dua medium yang berbeda dengan sudut tertentu maka gelombang ultrasonik
mengalami refraksi atau perubahan arah gelombang ultrasonik yang ditransmisikan
pada batas antara medium yang berbeda disaat berkas gelombang tidak datang
tegak lurus terhadap batas jaringan.
2.3 Pencitraan Ultrasonografi
Pada ultrasonik, citra yang
dihasilkan melalui berkas suara yang direfleksikan. Berkas gelombang yang
dipancarkan tidak memperbesar formasi citra, tapi transmisi yang cukup kuat
menghasilkan gema yang dalam. Prosentase suara yang direfleksikan di antara
muka jaringan tergantung pada impedansi. Apabila gelombang ultrasonik mengenai
permukaan antara dua jaringan yang memiliki perbedaan impedansi akustik, maka
sebagian dari gelombang ultrasonik ini akan direflesikan/dipantulkan dan
sebagian lagi akan ditransmisikan/diteruskan. Pulsa yang mengenai organ akan
direfleksikan dan ditangkap oleh receiver
untuk diolah menjadi citra.
Ultrasonik bekerja dengan cara memancarkan gelombang suara
frekuensi tinggi ke tubuh pasien melalui transduser. Gelombang suara ini
menembus tubuh dan mengenai batas-batas antar jaringan, seperti antara cairan
dan otot, antara otot dan tulang. Sebagian gelombang suara ini dipantulkan
kembali ke transduser, sebagian lain terus menembus bagian tubuh lainnya sampai
kemudian juga dipantulkan. Gelombang-gelombang suara pantulan ini ditangkap
kembali oleh transduser dan diteruskan ke mesin ultrasonik, yang akan
menghitung berapa jarak jaringan pemantul dengan probe berdasarkan kecepatan suara di dalam jaringan. Lalu mesin
ultrasonik menampilkan pantulan gelombang suara itu di layar dalam bentuk
sinyal. Hasil pantul (echo) dari
gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser yang mengubah gelombang
akustik ke sinyal elektronik untuk diolah dan ditam pilkan.
Pencitraan USG ada dalam berbagai citra dasar, diantaranya
Amplitudo mode (A-mode).
Gambar 2.3 Proses A-mo de.
Gambar 2.13 menjelaskan proses terbentuknya A-mode, pantulan
pertama terjadi sebagai pulsa yang dikirim oleh
transmitter.
A-mode display digunakan untuk
menggambarkan hubungan amplitudo pulsa echo
dengan kedalaman jaringan tubuh.
Yang kedua Brightness mode (B-m ode) adalah mode dimana
gelombang echo dan amplit udo sebagai
warna. Warna menyesuaikan dari amplitudo. (hitam, putih, abu-abu). Mode ini
dipergunakan di sonography. Dalam
ultrasound B-mode, satu array linear
da ri transducers secara simultan menscan satu benda melalui tubuh yang dapat
dipandang sebagai suatu gambar du a dimensional pada layar.
Gambar
2.4 Citra B-mode.
Yang
ketiga adalah M-mode singkatan dari Motion
mode dimana amplitudo dan frekuensi saling berganti pada sumbu XY. Diagram
ini biasanya khusus untuk detak jantung. Diagram ini sering terlihat dengan
B-Mode. M-mode ultrasound dijadikan untuk penggunaan tertentu dalam membelajari
detak jantung.
Gambar 2.5 Citra M-mode.
Secara lebih jelas gambar berik ut menggambarkan perbedaan
ketiga dasar pencitraan USG tersebut.
Gambar 2.6 Pencitraan U ltasonografi.
3.
Perancangan Sistem
1
Perangkat Keras
PC pada awalnya masih dipergunakan
untuk keperluan menelaah proses dengan p enyimpanan data dan penempatkan proses
data dengan peningkatan citra. Sistem sudah bisa menyimpan, dikirimkan, dan
menampilkan citra ultrasound melalui komputer, dimana sistem ini masih
menggunakan analog pendigitan citra ultrasound secara off-line. Perkembangan ini memud ahkan penggabungan ke dalam sistem ultrasound berbasis
perangkat lunak waktu riil. Dalam sistem perangkat keras berbasis PC dibutuhkan
akuisisi data dan tranduser. Untuk akuisisi data dalam penelitian ini penulis
memakai PCI-9812/10. Gambaran PCI-9812/10 bisa dilihat seperti dibawah ini,
Disain kinerja yang tinggi dan tekhnologi “ stat
e-of-the-art” menjadikan kartu ini ideal untuk aplikasi DSP, FFT, digital filtering, dan image processing
Gambar 3.1 gambar lay-out PCB PCI-9812/10.
Transduser
merupakan suatu komponen dari sistem ultrasonik yang berhubungan la ngsung
dengan tubuh pasien. Transduser memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan pulsa
ultrasonik dan menerima atau mendeteksi echo
yang kembali. Dalam konteks ultrason ik medis transduser yang digunakan akan
mengacu kepada transduser ultrasonik yang digunakan untuk mengubah sinya l
akustik menjadi sinyal listrik dan sinyal listrik menjadi s inyal akustik.
Transduser terdiri dari satu atau lebih element piezoelektrik. Ketika suatu pulsa
elektrik bekerja pad a element piezoelektrik, maka piezoelektrik akan bervi
brasi dan menghasilkan gelombang ultrasonik. Dan seb aliknya, ketika element
piezoelektrik bervibrasi akan dipan tulkannya pulsa echo.
Pada
penelitian awal untuk seimul asi data sinyal input citra menggunakan Ultrasonic Thickn ess Twin Compression CDF sebagai percobaan
(a) Linear (b)
Phased (c) Curvilinear
Gambar 32 Tipe tranduser 2D Ultrasound.
Gambar 3.3 Twin
Compression CDF—Protective Membran e.
3.2 Sistem Perangkat Lunak
Software
atau perangkat lunak ultrasound dikembangkan pada lingkungan berbasis windows.
Sebagai core sistemnya peneliti menggunakan Matlab sebagai antarmukanya. Matlab
untuk pengolahan sinyal, pengolahan matrik, visualisasi, dan kontrol.
3.3 Algoritma Perancangan
Ultrasonnografi Ultrasnografi
merupkan bagian dari tomografi. Istilah Tomografi berasal dari bahasa Latin
“tomos” yang ar tinya irisan dan “graphia” yang berarti penggambaran. Tom
ografi adalah penggambaran irisan-irisan (sections) dari suatu benda (mis.
Tubuh manusia), tanpa secara fisik mengiris benda tersebut. Prinsip dasar dalam
tomografi adalah melakukan rekonstruksi citra irisan berdasarkan citra
proyeksinya. Hal ini dimungkinkan oleh transformasi Radon. Perbedaan utama dari
berbagai teknik tersebut diatas adalah penggunaan gelombang pengindera.
Sedangkan persamaan utamanya adalah teknik rekonstruksi yang didasarkan pada
proyeksi, terkecuali untuk ultrasonografi dimana USG menggunakan pendekatan
Refleksi ultrasound dalam proses pencitraannya.
Sonografi medis (ultrasonografi, USG) adalah suatu teknik
pencitraan/imaging menggunakan bunyi ultra (ultrasound) untuk memvisualisasikan
otot, organ tubuh bagian dalam, menentukan ukuran, struktur organ tubuh dan
kemungkinan adanya jaringan yang rusak (lesions).
Dari
kompleksitas proses ditas, peneliti hanya mengambil hasil dari akusisi data
berupa A-mode dan dari bentuk sinyal A-mode inilah yang nanti akan peneliti
olah menjadi citra B-mode. Sebagi ilustrasi bisa digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.5 Konfigurasi citra B-Mode[15].
B–mode
mengacu kepada tingkat kecerahan obyek pantul . Pada umumnya tingkat kecerahan
dari titik sebanding dengan amplitudo sinyal echo. Penampil B–mode digun akan
untuk M–mode dan pencitraan gray–scale 2D. B–mode merupakan bagian utama
pencitraan ultrasonografi, dimana variasi dari intensitas dan kecerahan
mengindikasikan perbedaan amplitudo sinyal yang dipantulkan.
Tahapan – tahapan perancangan dapat dijelaskan seca ra
singkat seperti berikut :
Konversi citra sinyal A-mode, merubah citra sinyal ini
bertujuan untuk mendapatkan data dalam data numerik.
Load data
file library, tahap
ini bertujuan untuk membuka data
dari simulasi A-mode
yang telah disimpan berupa data
numerik/angka dalam bentuk file .txt/librari.
Mereduksi data sinyal transmisi, mereduksi
data sinyal bertujuan untuk menghilangkan sinyal transmisi yang muncul di awal
sinyal A–Mode, sehingga jika sinyal A– Mode dicitrakan, sinyal transmisi tidak
ikut serta dalam citra yang dihasilkan. Proses ini dilakukan dengan memberikan
filter band pass yang kemudian sinyal keluaran di envelope sehingga didapat
sinyal positif dan berupa data sinyal puncak, kemudian di kompresi secara
logaritmik sehingga sinyal-sinyal yang tidak dibutuhkan terbuang sehingga
menghasilkan sinyal data yang diharapkan saja.
Penguatan sinyal, penguatan bertujuan untuk memperkuat
sinyal echo yang diterima transducer. Sinyal echo perlu dikuatkan karena,
sinyal echo yang diterima oleh transducer akan semakin kecil seiring dengan
semakin jauhnya jarak dari permukaan transducer.
Menampilkan citra, pada tahapan akhir inilah diperoleh citra
B– Mode dengan menggunakann proses rekonstruksi yang komplek sebelum
Peralatan Yang Digunakan
1. Transducer
Transducer adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan
prostat. Di dalam transducer terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap
pantulan gelombang yang disalurkan oleh transducer. Gelombang yang diterima
masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi
kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang
elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam
bentuk gambar.
Transducer adalah alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus
sebagai recevier (penerima). Dalam fungsinya sebagai pemancar,
transducer merubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran suara
berfrekuensi tinggi. Fungsi recevier pada transducer merubah energi mekanik
menjadi listrik.
2. Monitor
yang digunakan dalam USG
3. Mesin
USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.
Sonograph
Sonograph
Adapun komponen USG selain tiga komponen di atas yaitu :
· Pulser adalah
alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang kristal pada
transducer dan membangkitkan pulsa ultrasonik.
· Tabung
sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada
tabung ini terdapat tabung hampa udara yg memiliki beda potensial yang tinggi
antara anoda dan katoda.
· Printer adalah
alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran yang ditampilkan oleh
tabung sinar katoda.
· Display adalah
alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.
D. Prinsip Kerja
Alat Ultrasonografi (USG)
Transducer bekerja sebagai pemancar dan
sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh
generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan
arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan
dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan
bermacam-macam pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan gema yang berasal dari
jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer dan akan ditangkap
oleh transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan
selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang
ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya
ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
E. Jenis
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
1) USG
2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2) USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1
bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti
aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan
jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan
karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3) USG
4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4) USG
Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran
tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
· Gerak
napas janin (minimal 2x/10 menit).
· Tonus
(gerak janin).
· Indeks
cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
· Doppler
arteri umbilikalis.
· Reaktivitas
denyut jantung janin.
F. Kelemahan
dan Kelebihan Ultrasonografi (USG)
Berikut adalah kelemahan dan kelebihan Ultrasonografi yaitu:
Kelemahan:
¨ Dapat ditahan oleh kertas tipis.
¨ Antara tranducer (probe) dengan kulit tidak dapat kontak dengan baik
(interface) sehingga bias terjadi artefak sehingga perlu
diberi jelly sebagai penghantar ultrasound.
¨ Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara akan dihamburkan.
¨ Tidak 100% akurat
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan
80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi
kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara
lain:
o Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik
mengoperasikan alat USG. Sebenarnya
untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
o Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga
menyulitkan daya jangkau / daya tembus alat USG. Meski dengan
menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
o Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat
masing-masing keadaan bayi secara detail.
o Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
o Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
o Air ketuban sedikit.
o Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin
saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.
Kelebihan:
¨ Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan memberi hasil yang
cepat.
¨ Bersifat non invasif (tidak terjadi efek samping) sehingga dapat dilakukan
pula pada anak-anak. Aman untuk pasien dan operator, karena tidak tergantung
pada radiasi ionisasi.
¨ Memberi informasi dengan batas struktur organ sehingga memberi
gambaran anatomis lebih besar dari informasi fungsi organ.
¨ Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditentukan bentuk, ukuran,
posisi, dan ruang interpasial.
¨ Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interaksi dengan
gelombang suara.
¨ Dapat mendeteksi struktur yang bergerak seperti pulsasi fetal
¨ Dapat juga mendeteksi kanker payudara.
Etika USG
menurut kode etik kedokteran :
- Penggunaan teknik biomedik dalam ultrasonografi (USG) sebagai alat bantu diagnostic telah nyata manfaatnya dalam praktek kedokteran. Peningkatan peralatan telah mengakibatkan penggunaan USG yang luas. Bersamaan dengan ini harapan yang baik dari pihak pasien maupun dari pihak dokter, dalam penggunaan alat bantu diagnostic ini sangat meningkat, terutama sehubungan dengan aplikasinya yang tepat.
- Tanggapan dari segi hokum, etik, dan ekonomi telah terdengar dari kelompok-kelompok yang bertanggung jawab terhadap dikenalkannya, dikembangkannya, dan dipergunakannya alat itu sebagai alat bantu diagnostic secara luas.
- Perawatan yang mahal, tanpa didukung spesialis yang trampil dalam menggunakan alat-alat tersebut, adalah penghamburan uang sama halnya dengan kemampuan membuat diagnosis yang sangat banyak komplikasinya, tetapi tidak ada ahli klinik atau sarana yang dapat menolong atau mengobati pasien.
Permasalahan
seputar penggunaan alat USG :
- Tidak adanya sarana pemeriksaan dengan USG yang menurut standar pengobatan telah menentukan bahwa dalam kasus-kasus tertentu USG harus dipergunakan sebagai alat bantu diagnostic.
- Penggunaan alat USG mengakibatkan tidak terdiagnosisnya. Timbulnya kasus negative palsu akibat ketidakmampuan pemeriksaan dalam pemakaian USG.
- Ketidakmampuan menerangkan. Baik kepada dokter yang meminta maupun si penderita, mengenai kelainan yang sudah ditemukan oleh si ahli USG.
- Suatu interpretasi yang berlebihan tehadap sebuah gambah USG sehingga kelainan ini mengakibatkan hal yang negative (kerugian).
Pembahasan issue
etik penggunaan USG secara rutin :
- Etika dasar pembenaran untuk program penapisan secara umum menggunakan asas manfaat.
- Pasien bebas untuk memilih jenis dari perawatan yang dianjurkan atau memilih jenis tes sebelum melahirkan.
Beberapa
pendapat tentang pemeriksaan rutin USG :
- Kehamilan bisa diakhiri juka ditemukan kelainan pada janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengan janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengancacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,cacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,1992).1992).
- Para ibu mengharapkan bayinya tidak ada masalah serius tentang pertumbuhannya dan memperoleh perawatan secara antenatal secara tepat (Luck, 1992).
- Penegasan usia kehamilan dari janin dengan menggunakan USG untuk memperoleh janin yang baik hingga mengurangi resiko post matur dan prematurehingga mengurangi resiko post matur dan premature karena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etkarena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etal, 1982).al, 1982).
- Taksiran usia kehamilan dari janin pada trimester pertama dan kedua pada kehamilan melalui screening untuk masalah pertumbuhan janin akan dimonitor keakuratannya. Untuk memastikan bahwa resiko pertumbuhan janin akan segera ditemukan pada tahap awal, terutama pada kehamilan kembar. Paternalisme dan keamanan praktek praktek.
- Profesi kesehatan dan atau bidan mempunyaitugas untuk memberikan nasehat pada ibu hamil tentang apa yang bisa menimbulkan konflik antara ibu hamil dengan yang mereka tentang apa yang dijalani petugas.
- Menurut pendapat professional bahwa minat ibu Untuk menolak USG bukan persfektif yang sehat tapa yang mungkin mereka (petugas) pertimbangkan dalam keselamatan praktek tidak sesuai dengan yang mereka putuskandan dokter harus menghormati keputusan itu.
- Petugas yang belum mahir dalam mempraktekkan USG dapat menimbulkan keraguan pada klien, untuk itu disusun panduanpemeriksaan USG.
Manfaat dari
etika medis
- Keputusan dokter harusnya melihatdari Hipocrates pada abad ke-4 sebelum masehi, namun sangat sulit pada prakteknya. Pada waktunya akan sulit memutuskan apa yang baik bagaimana perawatan yang dilakukan dan bagaimana melindungi si ibu dari bahaya.Kenyataannya mengundang ibu hamil untuk ikut serta dalam pemeriksaan bisa menyebabkan kegelisahan, untuk itu kegelisahan harusdiprioritaskan. Hal ini merupakan dilemma bagi para professional.
Pendapat Tentang
Penggunaan USG Rutin pada kehamilan:
- Menurut medis
- Alat bantu membuat diagnosis padakehamilan.
- Monitoring tumbuh kembang janin secara jelas.
- Sebagai deteksi dini kelainan pada kehamilan beresiko dan penanganan awal bila terjadi kondisi abnormal pada janin atau ibunya.
- Klien yang datang untuk memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan & kebidanan mengharapkan pemeriksaan pemeriksaanyang lengkap dengan USG.
- Pendapat menurut Bidan.Pendapat menurut Bidan.
- Berdasarkan falsafah bidan, bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatukeadaan yang fisiologis sehingga tidak perlu USG rutin pada kehamilan kecuali ada indikasi yang jelas secara medis.
- Pemeriksaan USG yang tidak berdasarkan indikasi medik merupakan pelanggaran etika.
- Pemeriksaan USG yang rutin akanmenimbulkan kerugian secara material karena relatip mahal dan adanya gangguan psikologis pada klien bila ditemukan kelainan atau keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya (jenis kelamin).
- Pemeriksaan USG bisa merugikan pasien(klien) bila dilakukan oleh dokter/operator(klien) yang tidak terlatih.
- Pemeriksaan USG bukan kompetensi bidan.
- Pemeriksaan USG yang salah akan meningkatkan angka abortus.
- Pendapat Menurut Klien dan MasyarakatPendapat Menurut Klien dan Masyarakat
- Bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah menganggap pemeriksaan USG mahal.
- Merasa ada kebanggaan tersendiri ,senang,yakin dan tenang dapat melihat janin dengan pemeriksaan USG oleh dokter.
- Kadang membingungkan klien bila hasil pemeriksaan USG berbeda karena sonographer yang berbeda sehingga membutuhkan second opinion.
- USG sebagai alat modern dan canggih.
- Masih ada sebagian masyarakat yang takut untuk diperiksa USG karena tidak siap bila ditemukan kelainan pada kehamilan.
- Ibu hamil akan terganggu secara psikologis bila diketahui ada kelainan pada kehamilannya.
Sikap Bidan
Terhadap Issue Etik Penggunaan USG
- Dalam menjalankan tugas harus sesuai kode etik dan standar profesi juga peraturan perundang-dan standar profesi juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Bidan senantiasa memberikan informasi yang jelas mengenai pengunaan USG kepada klien.
- Bidan dalam menjalankan otonomi kliniknya senantiasa selalu membuat keputusan yang etis dan professional serta mendukung klien untuk professional serta mendukung klien untuk mengambil keputusan yang tepat sehinggamenguntungkan klien.
- Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan dilandasi komitmen yang kuat dengan basis etik dan moral yang baik.
- Bidan senantiasa melakukan komunikasi yang baik dengan kiien sehingga hubungan tetap terjalin baik antara bidan dan klien.
BAB III
PENUTUP
Ø Tekhnologi USG diharapkan memberi
solusi terhadap salah satu permasalahan bangsa ini dalam bidang medis. Dan
dengan adanya upaya perancangan dan pengembangan tekhnologi ini akan mengurangi
dampak sosial dan ekonomi, akibat semakin mudah dan murahnya penggunaan
tekhnologi USG di Indonesia umumnya. Melalui penelitian ini, pengembangan
perangkat lunak untuk sistem USG berbasis PC dihasilkan :
1) Visualisasi USG dilakukan beberapa
tahap (rekonsruksi), dengan menggunakan RF data sebagi file input yang didapat
dari dokumen Siemen (Sonoline Antares USG system), sehingga pengembangan
perangkat lunak ini mengacu pada script dan perangkat Siemen tersebut.
2) ada penelitian ini peneliti hanya
menggunakan RF data sebagai input visualisasi citra namun masih bisa
dikembangkan dengan jenis file data dan perangkat USG lain .
3) Proses visualisasi belum secara real
time karena menggunakan file sebagai inputnya (dalam hal ini sudo real time),
visualisasi bisa dalam bentuk citra B-mode (frame tunggal) dan juga Video
(multi frame).
4) Visualisasi juga memberikan analisa
terhadap proses rekonstruksi secara proses citra line data dari RF data, baik
dengan perubahan karakter dari sinyal input ataupun tidak. Untuk proses analisa
pengguna dapat memilih posisi line data pada frame layer yang dianalisa.
5) Hasil visual citra dalam bentuk scan
convertion dapat disimpan dalam format gambar (extention .jpg) dan juga dicetak
(print).
6) Hasil visualisasi yang ditampilkan
bisa dikarakterisasi dengan memilih penggunaan filter (IIR dan FIR) ataupun
tidak, dan juga menentukan penggunaan lowpass filter ataupun highpass filter
serta menentukan perubahan kondisi nilai cut-off kedua filter tersebut.
7) Perubahan filter order akan cukup
menentukan hasil citra yang divisualkan, pada nilai pangkat tertentu dengan
karakteristik filter yang berbeda akan mendapatkan citra yang baik ataupun
sebaliknya.
Dengan adanya komponen antarmuka visual yang jelas ini akan
memudahkan penggunaannya dalam analisa citra dan untuk kedepan.
Ø Saran :
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa
lebihbaik.
DAFTAR PUSTAKA
1) Agung Alfiansyah, Workshop on Medical Image Processing, Submit, 11/24/2008, diunduh
20 februari 2010 dari Website
dikti.org.http://www.dikti.org/?quicktabs_1=2#quicktabs-1
2) Kalamullah Ramli, et.al. Pengembangan Perangkat Lunak Untuk Akuisisi data, Visualisasi dan
Analisis Citra Ultrasonografi Berbasis Open Source, Bahan Presentasi proposal peneltian kerjasama UI, BPPT
dan Edwar Technology, 2009, pp 3.
3) Thomas L. Szabo, Diagnostic Ultrasound Imaging : Inside Out. Academic Press Series in
Biomedical Engineering, 2004.
4) Bueche R. J., Introduction to Physics for Scientists and Engineers, New York: Mc Graw-Hill, 1986, pp 50-56.
5) William D. O’Brien. (2007). Review Ultrasound – biophysics mechanisms.
Journal Science Direct, Progress in Biophysics and Molecular Biology. 93
(2007) 214–216.
6) Pauly H, Schwan P. Mecanism of absorbtio of ultrasound in liver tissues. J Acoust
Soc Am 1971;2: pp 692-699.
7) Parker KJ. Attenuation measurement uncertainties caused by spekle statistics. J Acoust Soc Am 1986:80:pp 727-734.
8) Jerrold T Bushberg, et.al., The Essential Physics of Medical
Imaging, Chapter 16 : Ultrasound (2nd ed.). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
9) Sook Kien Ng, Ultrasound Imaging, bahan presentasi, diunduh 29 April 2010,
10) Doppler Ultrasound , Bahan presentasi, diunduh pada 10 April 2010 dari : http://fygo.dk/files/ukursus/Ultrasound%20Doppler.pdf
.
11) Alejandro Frangi, Introduction to Biomedical Imaging,
Bahan presentasi Computational Imaging Lab, Department of Information &
Communication Technology, pp 14, diunduh, 5 mei 2010 dari web Pompeu Fabra
University,
12) NuDAQ PCI-9812/10 20MHz Simultaneous 4-CH Analog Input Card,
Users’
Guide, ADLINK Technology Inc, 2003,
pp 1, 9.
MAKALAH MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
TERKAIT KASUS “USG”
Oleh : Rizka Ayu
Setiyani, SST, M.PH
KELOMPOK 6
·
Ketut ayu wulantari (16140018)
·
MARIA MINCELINA KEWA (16140050)
·
NOVYANTI ISRA MAWANG (16140048)
·
ANA KRISNAWATI
(16140073)
Program studi DIV bidan pendidik
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 15 November 2017
kelompok
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ……………………………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………
KATA PENGANTAR ……………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..
A. Latar Belakang ………………………………………….
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
C. Tujuan Penulisan ……………………………………….
D. Manfaat Penulisan ………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. .
A. Pengertian USG........................................................
B. Manfaat USG............................................................
C. Komponen dalam Mesin USG……………..........................
D. Prinsip kerja USG.....................................................
BAB III PENUTUP ……………………………………………
A. Simpulan ………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pencitraan memegang peranan yang sangat penting di bidang
medis. Teknologi pencitraan medis menawarkan potensi sangat besar dalam
membantu dokter melakukan pencegahan dini, penetapan diagnosis, serta pemberian
treatment lanjutan kepada para pasien. Pada banyak kasus, teknologi ini juga
telah menjadi langkah pertama dari serangkaian proses tindakan medis yang harus
dilakukan dokter. Di sisi yang lain, pengolahan data citra medis berbasis
komputer telah terbukti mempermudah proses yang harus dilakukan dokter dengan
lebih cermat, teliti dalam waktu yang singkat. Namun sayangnya, di Indonesia
nampaknya potensi tersebut belum banyak tergali baik pada tataran riset ataupun
untuk keperluan real di rumah sakit[1].
Pendiagnosaan
menggunakan ultrasonografi memiliki banyak keuntungan dibandingkan denga
modalitas yang lain. Akan tetapi pada saat ini, ultrasonografi yang
digunakan rumah sakit – rumah sakit dan klinik di I ndonesia
masih didatangkan dari luar negeri dengan harga mahal. Ini jelas berpengaruh
kepada harga yang harus dibayar pasien yang membutuhkan pendiagnosaan
menggunakan USG. Disamping itu adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
sebagai pusat atau ujung tombak layanan kesahatan masyarakat di Indonesia, ini
karenakan hampir setiap kelurahan/desa mempunyai puskesmas ini.
Sementara itu, ironisnya setiap jam, 10 bayi dari 520 bayi
yang lahir di Indonesia meninggal dunia. Dan Angka kematian ibu melahirkan di
Indonesia, 307 per 100.000 kelahiran, tertinggi di Asia. Salah satu faktornya
adalah dimana Puskesmas belum menyediakan peralatan teknologi berbasis USG ini.
Untuk mengetahui kondisi bayi dalam kandungan diperlukan USG, namun harga USG
yang mahal menyebabkan hanya sedikit masyarakat yang dapat menggunakan USG
tersebut. Mahalnya teknologi ini salah satu penyebabnya adalah Operating System dan core system USG tersebut menggunakan
software berlisensi, dan adanya pajak pengiriman menyebabkan harga USG semakin
mahal.
USG dapat menjadi pilihan untuk mendiagnosa kelainan didalam
tubuh dan pemeriksaan kehamilan karena tidak mengandung resiko yang
membahayakan seperti resiko yang ditimbulkan dari peralatan diagnostik yang menggunakan
zat radioaktif. Karena banyaknya keuntungan yang dapat diberikan oleh USG, maka
pada saat ini makin banyak dilakukan penelitian dan upaya perancangan
menyangkut dengan USG. Untuk itu, usaha dan penelitian yang dilakukan ini
diharapkan mampu memberi kontribusi untuk penciptaan USG di Indonesia, sehingga
mampu mengurangi harga yang harus dibayarkan.
Secara umum proses itu akan melalui proses berikut,
gelombang yang dipancarkan oleh transmitter (tranduser) akan diterima receiver (dalam hal ini adalah tranduser
itu sendiri). Gelombang yang diterima transducer, berupa sinyal A–Mode yang
selanjutnya diproses menjadi hasil B–Mod e. Hasil B–Mode menunjukkan tingkat
kecerahan citra berdasarkan tingkat grayscale
– nya. Dalam penelitian ini, penulis menfokuskan pada proses pengembanangan
perangkat lunak untuk pengolahan hasil akuisisi data sinyal A-mode menjadi
B-mode saja. Dan dilanjutkan pada pengembangan antarmuka visualisasi citra
dengan analisis pencitraan untuk hasil citra USG yang lebih baik atau optimal.
Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti dibatasi
sesuai judul yang diajukan yaitu “ Pengembangan dan Pengkayaan Fungsi Antarmuka
Perangkat Lunak untuk Visualisasi dan Analis Citra Ultrasonografi”. Peneli tian
yang dilakukan menggunakan program Matlab. Setelah didapat data awal berupa
sinyal A–Mode atau pulsa e cho, yang selanjutnya sinyal A–Mode diubah menjadi
citra B– Mode menggunakan program Matlab tersebut. Percobaan tahap pertama
dibatasi dengan penggambaran awal obyek sampai menghasilkan sinyal A–Mode
berupa data – dat a nilai x dan y dalam koordinat kartesian. Sedangkan untuk
penelitian selanjutnya dibatasi sampai menghasilkan citra 2 dimensi dalam
B-mode dan analisis data input A-mode. Peneliti tidak merancang perangkat
keras, dan proses akuisisi data dari dari DAQ, ataupun proses yang terjadi
dalam sistem sehingga menjadi pulsa echo atau A-mode.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dasar dari teknik
rekonstruksi visual hasil citra ultrasonik. men simulasiakn rancangan USG untuk
mengetahui parameter – param eter optimal yang menentukan kualitas citra.
Melakukan pengembangan antarmuka visual dan anaslisis citra terhadap rancangan
USG.
Manfaat penelitian ini adalah Memahami dasar proses
perancangan citra ultrasografi, memperoleh parameter– parameter optimal dalam
menghasilkan citra ultrasonografi, memberi kontribusi dalam pengembangan
teknologi USG di Indonesia. Metode penelitian yang akan dilakukan dengan. studi
kepustakaan , simulasi, dan eksperimen
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan
masalah yaitu “Aplikasi Ultrasonografi (USG) Dalam Bidang
Kesehatan".
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dibuat berdasarkan rumusan masalah di atas
yaitu:
· Pengertian Ultrasonografi
(USG)
· Jenis
gelombang yang digunakan dalam Ultrasonografi (USG)
· Manfaaat
Ultrasonografi (USG)
· Komponen Ultrasonografi
(USG)
· Prinsip
Kerja Alat Ultrasonografi (USG)
· Kelebihan
dan Kekurangan Ultrasonografi (USG)
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
· Menjelaskan tentang
Ultrasografi (USG)
· Menjelaskan
Manfaat Ultrasonofrafi (USG)
· Menjelaskan
Komponen dan Prinsip Kerja Ultrasonografi (USG)
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
· Dapat
memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam
bidang kesehatan.
· Bagi
mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar tentang
aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ultrasonografi
(USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknologi
pencitraan medis, yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran saat ini.
Kurangnya penelitian berkaitan dengan teknologi USG di Indonesia menjadikan
ketergantungan pembelian perangkat USG secara import. Tujuan penelitian ini
adalah mengembangkan suatu antarmuka dan pengkayaan fungsi perangkat lunak
untuk visualisasi dan analisis citra USG. Eksperimen awal dilakukan dengan
mengolah hasil data dari sinyal A-mode dan kemudian divisualisasi menjadi
B-mode. Selanjutnya dikembangkan suatu antarmuka visual dan analisa proses
pencitraan, serta penambahan fungsi citra lainnya. Visualisasi citra USG belum
secara real time. Visualisasi citra dalam bentuk citra B-mode dan Video. Citra
bisa dikarakterisasi dengan menggu-naan filter IIR dan FIR ataupun tanpa
filter. Aplikasi mendukung penggunaan lowpass filter dan highpass filter dan
perubahan kondisi nilai cut-off secara dinamis. Pengubahan filter order
menentukan hasil citra yang divisualkan. Pada nilai filter older tertentu
dengan karakteristik filter yang berbeda akan menghasikan citra yang bervariasi.
Hasil visual citra scan dapat disimpan dalam format gambar .jpg dan dicetak.
Aplikasi bisa menvisualkan konstruksi proses sinyal data grafik. Dalam hal ini
pengguna dapat memilih line data
pada
frame layer untuk dianalisa. Pengembangan antarmuka memberikan kemudahan dalam
penggunaan aplikasi, serta bisa memahami proses visualisasi dengan lebih baik.
Komponen-komponen antarmuka yang jelas menjadikan solusi analisa visualisasi,
dan pemahaman terhadap algoritma USG lebih jauh.
Kata Kunci : Ultrasonografi, Matlab, A-mode, B-mode, Antarmuka Visual
Sejarah perkembangan Ultrasonik secara ringkas bisa dilihat
pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel
2.1 Perkembangan teknologi ultrasonic
Waktu
|
Perkembangan Ultrasonik
|
Th. 1790-1930an
|
Mengukur jarak dengan Echo
|
Th.1940an
|
Dussik mencitrakan otak
|
Th. 1950an
|
Ultrasonik Doppler M-Mode
|
Th.1960an
|
Contact B-scanner Pengamatan mekanik
|
real-time Echoencephalography
|
|
Th. 1970an
|
Pencitraan real-time Scan-conversion Gray-
|
scale Linear and phased arrays Commercial
|
|
array system Puked wave Doppler
|
|
Th. 1980an
|
Pencitraan aliran berwarna Wideband and
|
spesialized transducer
|
|
Th. 1990an
|
Sistem digital Pencitraan harmonik
|
Th. 2000an
|
pencitraan 3 D
|
Handheld 2 D array for 3 D imaging
|
Sumber : Thomas L. Szabo, 2004
B. Manfaat
Ultrasonografi (USG)
Manfaat dari ultrasonografi adalah untuk
pemeriksaan kanker pada hati dan otak, melihat janin di dalam rahim ibu
hamil, melihat pergerakan serta perkembangan sebuah janin,
mendeteksi perbedaan antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, yang tidak
dapat dilakukan oleh sinar x, sehingga mampu menemukan tumor atau gumpalan
lunak di tubuh manusia.
Selain manfaat di atas, ultrasonografi
dimanfaaatkan untuk memonitor laju aliran darah. Pulsa ultrasonik berfrekuensi
5 – 10 MHz diarahkan menuju pembuluh nadi, dan suatu reciever akan menerima
signal hamburan gelombang pantul. Frekuensi pantulan akan bergantung pada gerak
aliran darah. Tujuannya untuk mendeteksi thrombosis (penyempitan pembuluh
darah) yang menyebabkan perubahan laju aliran darah.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi
lebih aman dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan sinar-x (sinar Rontgen)
karena gelombang ultrasonik yang digunakan tidak akan merusak material yang
dilewatinya sedangkan sinar x dapat mengionisasi sel-sel hidup. Karena
ultrasonik merupakan salah satu gelombang mekanik, maka pemeriksaan ultrasonografi disebut pengujian tak
merusak (non destructive testing) . Aplikasi gelombang bunyi dalam bidang
kedokteran yang lain adalah penggunaan ultrasonografi untuk
pemeriksaan kanker pada hati dan otak. Selain itu, ultrasonografi dapat
mengukur kedalaman suatu benda di bawah permukaan kulit melalui selang waktu
dipancarkan sampai dipantulkan kembali gelombang ultrasonik.
Adapun manfaat USG pada pemeriksaan kendungan sesuai usia kehamilan :
Trimester I :
§ Memastikan hamil atau tidak.
§ Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin
dan tanda kehidupannya.
§ Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
§ Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan
selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II :
§ Melakukan penapisan secara menyeluruh.
§ Menentukan lokasi plasenta.
§ Mengukur panjang serviks.
Trimester III :
§ Menilai kesejahteraan janin.
§ Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
§ Melihat posisi janin dan tali pusat.
§ Menilai keadaan plasenta.
C. Komponen
dalam Mesin Ultrasonografi (USG)
Pada prinsipnya, ada tiga komponen mesin USG. Pertama, transduser, komponen
yang dipegang dokter atau tenaga medis, berfungsi mengalirkan gelombang suara
dan menerima pantulannya dan mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik.
Kedua, monitor, berfungsi memunculkan gambar. Ketiga, mesin USG sendiri,
berfungsi mengubah pantulan gelombang suara menjadi gambar di monitor. Tugasnya
mirip dengan central proccesing unit (CPU) pada komputer personal.
2.1 Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik dengan
frekuensi di atas 20 kHz. Gelombang ini dapat merambat dalam medium padat, cair
dan gas, hal disebabkan karena gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi
sebagai interaksi dengan medium yang dilaluinya.
Gambar 2.2 Rentang frekuensi gelombang akustik
(a) Acoustic spectrum dan (b) medical
ultrasound spectrum.
2.2 Karakteristik Ultrasound
Perambatan gelombang ultrasonik dalam medium disebabkan oleh
getaran bolak-balik partikel melewati titik keseimbangan searah dengan arah rambat
gelombangnya. Maka, gelombang bunyi lebih dikenal dengan gelombang
longitudinal. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang suara dengan frekuensi
di atas 20 kHz. Frekuensi ultrasonik yang digunakan untuk diagnosis berkisar 1
sampai 10 MHz [6 dan 7]. Jika gelombang ultrasonik merambat dalam
suatu medium, maka partikel medium mengalami perpindahan energy[13].
Besarnya energi gelombang ultrasonik yang dimiliki partikel medium adalah
jumlah energi potensial (Joule) dan energi kinetik (Joule).
Interaksi
gelombang ultrasonik dengan jaringan mempengaruhi sinyal yang diterima oleh receiver. Ini disebabkan oleh gelombang
ultrasonik mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh suatu medium.
Ketika medium yang berdekatan memiliki impedansi akustik yang hampir sama,
hanya sedikit energi yang direfleksikan. Impedansi akustik memiliki peran
menetapkan transmisi dan refleksi gelombang di batas antara medium yang
memiliki impedansi akustik yang berbeda. Peristiwa hamburan yang terjadi ketika
gelombang ultrasonik berinteraksi dengan batas antara dua medium. Jika batas
dua medium relatif rata, maka pulsa ultrasonik dapat disebut dengan specular reflection (seperti pemantulan pada cermin) dimana semua pulsa ultrasonik akan dipantulkan ke
arah yang sama. Permukaan yang tidak rata menyebabkan gelombang echo dihamburkan ke segala arah. adanya
peristiwa penghamburan (scattering) dan penyerapan (absorption) menyebabkan
gelombang suara yang merambat melawati suatu medium mengalami adanya suatu
pelemahan intensitas (Atenuasi) [7]. Ketika gelombang ultrasonik
melalui dua medium yang berbeda dengan sudut tertentu maka gelombang ultrasonik
mengalami refraksi atau perubahan arah gelombang ultrasonik yang ditransmisikan
pada batas antara medium yang berbeda disaat berkas gelombang tidak datang
tegak lurus terhadap batas jaringan.
2.3 Pencitraan Ultrasonografi
Pada ultrasonik, citra yang
dihasilkan melalui berkas suara yang direfleksikan. Berkas gelombang yang
dipancarkan tidak memperbesar formasi citra, tapi transmisi yang cukup kuat
menghasilkan gema yang dalam. Prosentase suara yang direfleksikan di antara
muka jaringan tergantung pada impedansi. Apabila gelombang ultrasonik mengenai
permukaan antara dua jaringan yang memiliki perbedaan impedansi akustik, maka
sebagian dari gelombang ultrasonik ini akan direflesikan/dipantulkan dan
sebagian lagi akan ditransmisikan/diteruskan. Pulsa yang mengenai organ akan
direfleksikan dan ditangkap oleh receiver
untuk diolah menjadi citra.
Ultrasonik bekerja dengan cara memancarkan gelombang suara
frekuensi tinggi ke tubuh pasien melalui transduser. Gelombang suara ini
menembus tubuh dan mengenai batas-batas antar jaringan, seperti antara cairan
dan otot, antara otot dan tulang. Sebagian gelombang suara ini dipantulkan
kembali ke transduser, sebagian lain terus menembus bagian tubuh lainnya sampai
kemudian juga dipantulkan. Gelombang-gelombang suara pantulan ini ditangkap
kembali oleh transduser dan diteruskan ke mesin ultrasonik, yang akan
menghitung berapa jarak jaringan pemantul dengan probe berdasarkan kecepatan suara di dalam jaringan. Lalu mesin
ultrasonik menampilkan pantulan gelombang suara itu di layar dalam bentuk
sinyal. Hasil pantul (echo) dari
gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser yang mengubah gelombang
akustik ke sinyal elektronik untuk diolah dan ditam pilkan.
Pencitraan USG ada dalam berbagai citra dasar, diantaranya
Amplitudo mode (A-mode).
Gambar 2.3 Proses A-mo de.
Gambar 2.13 menjelaskan proses terbentuknya A-mode, pantulan
pertama terjadi sebagai pulsa yang dikirim oleh
transmitter.
A-mode display digunakan untuk
menggambarkan hubungan amplitudo pulsa echo
dengan kedalaman jaringan tubuh.
Yang kedua Brightness mode (B-m ode) adalah mode dimana
gelombang echo dan amplit udo sebagai
warna. Warna menyesuaikan dari amplitudo. (hitam, putih, abu-abu). Mode ini
dipergunakan di sonography. Dalam
ultrasound B-mode, satu array linear
da ri transducers secara simultan menscan satu benda melalui tubuh yang dapat
dipandang sebagai suatu gambar du a dimensional pada layar.
Gambar
2.4 Citra B-mode.
Yang
ketiga adalah M-mode singkatan dari Motion
mode dimana amplitudo dan frekuensi saling berganti pada sumbu XY. Diagram
ini biasanya khusus untuk detak jantung. Diagram ini sering terlihat dengan
B-Mode. M-mode ultrasound dijadikan untuk penggunaan tertentu dalam membelajari
detak jantung.
Gambar 2.5 Citra M-mode.
Secara lebih jelas gambar berik ut menggambarkan perbedaan
ketiga dasar pencitraan USG tersebut.
Gambar 2.6 Pencitraan U ltasonografi.
3.
Perancangan Sistem
1
Perangkat Keras
PC pada awalnya masih dipergunakan
untuk keperluan menelaah proses dengan p enyimpanan data dan penempatkan proses
data dengan peningkatan citra. Sistem sudah bisa menyimpan, dikirimkan, dan
menampilkan citra ultrasound melalui komputer, dimana sistem ini masih
menggunakan analog pendigitan citra ultrasound secara off-line. Perkembangan ini memud ahkan penggabungan ke dalam sistem ultrasound berbasis
perangkat lunak waktu riil. Dalam sistem perangkat keras berbasis PC dibutuhkan
akuisisi data dan tranduser. Untuk akuisisi data dalam penelitian ini penulis
memakai PCI-9812/10. Gambaran PCI-9812/10 bisa dilihat seperti dibawah ini,
Disain kinerja yang tinggi dan tekhnologi “ stat
e-of-the-art” menjadikan kartu ini ideal untuk aplikasi DSP, FFT, digital filtering, dan image processing
Gambar 3.1 gambar lay-out PCB PCI-9812/10.
Transduser
merupakan suatu komponen dari sistem ultrasonik yang berhubungan la ngsung
dengan tubuh pasien. Transduser memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan pulsa
ultrasonik dan menerima atau mendeteksi echo
yang kembali. Dalam konteks ultrason ik medis transduser yang digunakan akan
mengacu kepada transduser ultrasonik yang digunakan untuk mengubah sinya l
akustik menjadi sinyal listrik dan sinyal listrik menjadi s inyal akustik.
Transduser terdiri dari satu atau lebih element piezoelektrik. Ketika suatu pulsa
elektrik bekerja pad a element piezoelektrik, maka piezoelektrik akan bervi
brasi dan menghasilkan gelombang ultrasonik. Dan seb aliknya, ketika element
piezoelektrik bervibrasi akan dipan tulkannya pulsa echo.
Pada
penelitian awal untuk seimul asi data sinyal input citra menggunakan Ultrasonic Thickn ess Twin Compression CDF sebagai percobaan
(a) Linear (b)
Phased (c) Curvilinear
Gambar 32 Tipe tranduser 2D Ultrasound.
Gambar 3.3 Twin
Compression CDF—Protective Membran e.
3.2 Sistem Perangkat Lunak
Software
atau perangkat lunak ultrasound dikembangkan pada lingkungan berbasis windows.
Sebagai core sistemnya peneliti menggunakan Matlab sebagai antarmukanya. Matlab
untuk pengolahan sinyal, pengolahan matrik, visualisasi, dan kontrol.
3.3 Algoritma Perancangan
Ultrasonnografi Ultrasnografi
merupkan bagian dari tomografi. Istilah Tomografi berasal dari bahasa Latin
“tomos” yang ar tinya irisan dan “graphia” yang berarti penggambaran. Tom
ografi adalah penggambaran irisan-irisan (sections) dari suatu benda (mis.
Tubuh manusia), tanpa secara fisik mengiris benda tersebut. Prinsip dasar dalam
tomografi adalah melakukan rekonstruksi citra irisan berdasarkan citra
proyeksinya. Hal ini dimungkinkan oleh transformasi Radon. Perbedaan utama dari
berbagai teknik tersebut diatas adalah penggunaan gelombang pengindera.
Sedangkan persamaan utamanya adalah teknik rekonstruksi yang didasarkan pada
proyeksi, terkecuali untuk ultrasonografi dimana USG menggunakan pendekatan
Refleksi ultrasound dalam proses pencitraannya.
Sonografi medis (ultrasonografi, USG) adalah suatu teknik
pencitraan/imaging menggunakan bunyi ultra (ultrasound) untuk memvisualisasikan
otot, organ tubuh bagian dalam, menentukan ukuran, struktur organ tubuh dan
kemungkinan adanya jaringan yang rusak (lesions).
Dari
kompleksitas proses ditas, peneliti hanya mengambil hasil dari akusisi data
berupa A-mode dan dari bentuk sinyal A-mode inilah yang nanti akan peneliti
olah menjadi citra B-mode. Sebagi ilustrasi bisa digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.5 Konfigurasi citra B-Mode[15].
B–mode
mengacu kepada tingkat kecerahan obyek pantul . Pada umumnya tingkat kecerahan
dari titik sebanding dengan amplitudo sinyal echo. Penampil B–mode digun akan
untuk M–mode dan pencitraan gray–scale 2D. B–mode merupakan bagian utama
pencitraan ultrasonografi, dimana variasi dari intensitas dan kecerahan
mengindikasikan perbedaan amplitudo sinyal yang dipantulkan.
Tahapan – tahapan perancangan dapat dijelaskan seca ra
singkat seperti berikut :
Konversi citra sinyal A-mode, merubah citra sinyal ini
bertujuan untuk mendapatkan data dalam data numerik.
Load data
file library, tahap
ini bertujuan untuk membuka data
dari simulasi A-mode
yang telah disimpan berupa data
numerik/angka dalam bentuk file .txt/librari.
Mereduksi data sinyal transmisi, mereduksi
data sinyal bertujuan untuk menghilangkan sinyal transmisi yang muncul di awal
sinyal A–Mode, sehingga jika sinyal A– Mode dicitrakan, sinyal transmisi tidak
ikut serta dalam citra yang dihasilkan. Proses ini dilakukan dengan memberikan
filter band pass yang kemudian sinyal keluaran di envelope sehingga didapat
sinyal positif dan berupa data sinyal puncak, kemudian di kompresi secara
logaritmik sehingga sinyal-sinyal yang tidak dibutuhkan terbuang sehingga
menghasilkan sinyal data yang diharapkan saja.
Penguatan sinyal, penguatan bertujuan untuk memperkuat
sinyal echo yang diterima transducer. Sinyal echo perlu dikuatkan karena,
sinyal echo yang diterima oleh transducer akan semakin kecil seiring dengan
semakin jauhnya jarak dari permukaan transducer.
Menampilkan citra, pada tahapan akhir inilah diperoleh citra
B– Mode dengan menggunakann proses rekonstruksi yang komplek sebelum
Peralatan Yang Digunakan
1. Transducer
Transducer adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan
prostat. Di dalam transducer terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap
pantulan gelombang yang disalurkan oleh transducer. Gelombang yang diterima
masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi
kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang
elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam
bentuk gambar.
Transducer adalah alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus
sebagai recevier (penerima). Dalam fungsinya sebagai pemancar,
transducer merubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran suara
berfrekuensi tinggi. Fungsi recevier pada transducer merubah energi mekanik
menjadi listrik.
2. Monitor
yang digunakan dalam USG
3. Mesin
USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.
Sonograph
Sonograph
Adapun komponen USG selain tiga komponen di atas yaitu :
· Pulser adalah
alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang kristal pada
transducer dan membangkitkan pulsa ultrasonik.
· Tabung
sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada
tabung ini terdapat tabung hampa udara yg memiliki beda potensial yang tinggi
antara anoda dan katoda.
· Printer adalah
alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran yang ditampilkan oleh
tabung sinar katoda.
· Display adalah
alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.
D. Prinsip Kerja
Alat Ultrasonografi (USG)
Transducer bekerja sebagai pemancar dan
sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh
generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan
arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan
dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan
bermacam-macam pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan gema yang berasal dari
jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer dan akan ditangkap
oleh transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan
selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang
ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya
ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
E. Jenis
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
1) USG
2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2) USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1
bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti
aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan
jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan
karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3) USG
4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien
dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4) USG
Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran
tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.
Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
· Gerak
napas janin (minimal 2x/10 menit).
· Tonus
(gerak janin).
· Indeks
cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
· Doppler
arteri umbilikalis.
· Reaktivitas
denyut jantung janin.
F. Kelemahan
dan Kelebihan Ultrasonografi (USG)
Berikut adalah kelemahan dan kelebihan Ultrasonografi yaitu:
Kelemahan:
¨ Dapat ditahan oleh kertas tipis.
¨ Antara tranducer (probe) dengan kulit tidak dapat kontak dengan baik
(interface) sehingga bias terjadi artefak sehingga perlu
diberi jelly sebagai penghantar ultrasound.
¨ Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara akan dihamburkan.
¨ Tidak 100% akurat
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan
80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi
kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara
lain:
o Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik
mengoperasikan alat USG. Sebenarnya
untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
o Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga
menyulitkan daya jangkau / daya tembus alat USG. Meski dengan
menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
o Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat
masing-masing keadaan bayi secara detail.
o Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
o Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
o Air ketuban sedikit.
o Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin
saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.
Kelebihan:
¨ Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan memberi hasil yang
cepat.
¨ Bersifat non invasif (tidak terjadi efek samping) sehingga dapat dilakukan
pula pada anak-anak. Aman untuk pasien dan operator, karena tidak tergantung
pada radiasi ionisasi.
¨ Memberi informasi dengan batas struktur organ sehingga memberi
gambaran anatomis lebih besar dari informasi fungsi organ.
¨ Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditentukan bentuk, ukuran,
posisi, dan ruang interpasial.
¨ Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interaksi dengan
gelombang suara.
¨ Dapat mendeteksi struktur yang bergerak seperti pulsasi fetal
¨ Dapat juga mendeteksi kanker payudara.
Etika USG
menurut kode etik kedokteran :
- Penggunaan teknik biomedik dalam ultrasonografi (USG) sebagai alat bantu diagnostic telah nyata manfaatnya dalam praktek kedokteran. Peningkatan peralatan telah mengakibatkan penggunaan USG yang luas. Bersamaan dengan ini harapan yang baik dari pihak pasien maupun dari pihak dokter, dalam penggunaan alat bantu diagnostic ini sangat meningkat, terutama sehubungan dengan aplikasinya yang tepat.
- Tanggapan dari segi hokum, etik, dan ekonomi telah terdengar dari kelompok-kelompok yang bertanggung jawab terhadap dikenalkannya, dikembangkannya, dan dipergunakannya alat itu sebagai alat bantu diagnostic secara luas.
- Perawatan yang mahal, tanpa didukung spesialis yang trampil dalam menggunakan alat-alat tersebut, adalah penghamburan uang sama halnya dengan kemampuan membuat diagnosis yang sangat banyak komplikasinya, tetapi tidak ada ahli klinik atau sarana yang dapat menolong atau mengobati pasien.
Permasalahan
seputar penggunaan alat USG :
- Tidak adanya sarana pemeriksaan dengan USG yang menurut standar pengobatan telah menentukan bahwa dalam kasus-kasus tertentu USG harus dipergunakan sebagai alat bantu diagnostic.
- Penggunaan alat USG mengakibatkan tidak terdiagnosisnya. Timbulnya kasus negative palsu akibat ketidakmampuan pemeriksaan dalam pemakaian USG.
- Ketidakmampuan menerangkan. Baik kepada dokter yang meminta maupun si penderita, mengenai kelainan yang sudah ditemukan oleh si ahli USG.
- Suatu interpretasi yang berlebihan tehadap sebuah gambah USG sehingga kelainan ini mengakibatkan hal yang negative (kerugian).
Pembahasan issue
etik penggunaan USG secara rutin :
- Etika dasar pembenaran untuk program penapisan secara umum menggunakan asas manfaat.
- Pasien bebas untuk memilih jenis dari perawatan yang dianjurkan atau memilih jenis tes sebelum melahirkan.
Beberapa
pendapat tentang pemeriksaan rutin USG :
- Kehamilan bisa diakhiri juka ditemukan kelainan pada janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengan janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengancacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,cacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,1992).1992).
- Para ibu mengharapkan bayinya tidak ada masalah serius tentang pertumbuhannya dan memperoleh perawatan secara antenatal secara tepat (Luck, 1992).
- Penegasan usia kehamilan dari janin dengan menggunakan USG untuk memperoleh janin yang baik hingga mengurangi resiko post matur dan prematurehingga mengurangi resiko post matur dan premature karena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etkarena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etal, 1982).al, 1982).
- Taksiran usia kehamilan dari janin pada trimester pertama dan kedua pada kehamilan melalui screening untuk masalah pertumbuhan janin akan dimonitor keakuratannya. Untuk memastikan bahwa resiko pertumbuhan janin akan segera ditemukan pada tahap awal, terutama pada kehamilan kembar. Paternalisme dan keamanan praktek praktek.
- Profesi kesehatan dan atau bidan mempunyaitugas untuk memberikan nasehat pada ibu hamil tentang apa yang bisa menimbulkan konflik antara ibu hamil dengan yang mereka tentang apa yang dijalani petugas.
- Menurut pendapat professional bahwa minat ibu Untuk menolak USG bukan persfektif yang sehat tapa yang mungkin mereka (petugas) pertimbangkan dalam keselamatan praktek tidak sesuai dengan yang mereka putuskandan dokter harus menghormati keputusan itu.
- Petugas yang belum mahir dalam mempraktekkan USG dapat menimbulkan keraguan pada klien, untuk itu disusun panduanpemeriksaan USG.
Manfaat dari
etika medis
- Keputusan dokter harusnya melihatdari Hipocrates pada abad ke-4 sebelum masehi, namun sangat sulit pada prakteknya. Pada waktunya akan sulit memutuskan apa yang baik bagaimana perawatan yang dilakukan dan bagaimana melindungi si ibu dari bahaya.Kenyataannya mengundang ibu hamil untuk ikut serta dalam pemeriksaan bisa menyebabkan kegelisahan, untuk itu kegelisahan harusdiprioritaskan. Hal ini merupakan dilemma bagi para professional.
Pendapat Tentang
Penggunaan USG Rutin pada kehamilan:
- Menurut medis
- Alat bantu membuat diagnosis padakehamilan.
- Monitoring tumbuh kembang janin secara jelas.
- Sebagai deteksi dini kelainan pada kehamilan beresiko dan penanganan awal bila terjadi kondisi abnormal pada janin atau ibunya.
- Klien yang datang untuk memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan & kebidanan mengharapkan pemeriksaan pemeriksaanyang lengkap dengan USG.
- Pendapat menurut Bidan.Pendapat menurut Bidan.
- Berdasarkan falsafah bidan, bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatukeadaan yang fisiologis sehingga tidak perlu USG rutin pada kehamilan kecuali ada indikasi yang jelas secara medis.
- Pemeriksaan USG yang tidak berdasarkan indikasi medik merupakan pelanggaran etika.
- Pemeriksaan USG yang rutin akanmenimbulkan kerugian secara material karena relatip mahal dan adanya gangguan psikologis pada klien bila ditemukan kelainan atau keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya (jenis kelamin).
- Pemeriksaan USG bisa merugikan pasien(klien) bila dilakukan oleh dokter/operator(klien) yang tidak terlatih.
- Pemeriksaan USG bukan kompetensi bidan.
- Pemeriksaan USG yang salah akan meningkatkan angka abortus.
- Pendapat Menurut Klien dan MasyarakatPendapat Menurut Klien dan Masyarakat
- Bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah menganggap pemeriksaan USG mahal.
- Merasa ada kebanggaan tersendiri ,senang,yakin dan tenang dapat melihat janin dengan pemeriksaan USG oleh dokter.
- Kadang membingungkan klien bila hasil pemeriksaan USG berbeda karena sonographer yang berbeda sehingga membutuhkan second opinion.
- USG sebagai alat modern dan canggih.
- Masih ada sebagian masyarakat yang takut untuk diperiksa USG karena tidak siap bila ditemukan kelainan pada kehamilan.
- Ibu hamil akan terganggu secara psikologis bila diketahui ada kelainan pada kehamilannya.
Sikap Bidan
Terhadap Issue Etik Penggunaan USG
- Dalam menjalankan tugas harus sesuai kode etik dan standar profesi juga peraturan perundang-dan standar profesi juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Bidan senantiasa memberikan informasi yang jelas mengenai pengunaan USG kepada klien.
- Bidan dalam menjalankan otonomi kliniknya senantiasa selalu membuat keputusan yang etis dan professional serta mendukung klien untuk professional serta mendukung klien untuk mengambil keputusan yang tepat sehinggamenguntungkan klien.
- Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan dilandasi komitmen yang kuat dengan basis etik dan moral yang baik.
- Bidan senantiasa melakukan komunikasi yang baik dengan kiien sehingga hubungan tetap terjalin baik antara bidan dan klien.
BAB III
PENUTUP
Ø Tekhnologi USG diharapkan memberi
solusi terhadap salah satu permasalahan bangsa ini dalam bidang medis. Dan
dengan adanya upaya perancangan dan pengembangan tekhnologi ini akan mengurangi
dampak sosial dan ekonomi, akibat semakin mudah dan murahnya penggunaan
tekhnologi USG di Indonesia umumnya. Melalui penelitian ini, pengembangan
perangkat lunak untuk sistem USG berbasis PC dihasilkan :
1) Visualisasi USG dilakukan beberapa
tahap (rekonsruksi), dengan menggunakan RF data sebagi file input yang didapat
dari dokumen Siemen (Sonoline Antares USG system), sehingga pengembangan
perangkat lunak ini mengacu pada script dan perangkat Siemen tersebut.
2) ada penelitian ini peneliti hanya
menggunakan RF data sebagai input visualisasi citra namun masih bisa
dikembangkan dengan jenis file data dan perangkat USG lain .
3) Proses visualisasi belum secara real
time karena menggunakan file sebagai inputnya (dalam hal ini sudo real time),
visualisasi bisa dalam bentuk citra B-mode (frame tunggal) dan juga Video
(multi frame).
4) Visualisasi juga memberikan analisa
terhadap proses rekonstruksi secara proses citra line data dari RF data, baik
dengan perubahan karakter dari sinyal input ataupun tidak. Untuk proses analisa
pengguna dapat memilih posisi line data pada frame layer yang dianalisa.
5) Hasil visual citra dalam bentuk scan
convertion dapat disimpan dalam format gambar (extention .jpg) dan juga dicetak
(print).
6) Hasil visualisasi yang ditampilkan
bisa dikarakterisasi dengan memilih penggunaan filter (IIR dan FIR) ataupun
tidak, dan juga menentukan penggunaan lowpass filter ataupun highpass filter
serta menentukan perubahan kondisi nilai cut-off kedua filter tersebut.
7) Perubahan filter order akan cukup
menentukan hasil citra yang divisualkan, pada nilai pangkat tertentu dengan
karakteristik filter yang berbeda akan mendapatkan citra yang baik ataupun
sebaliknya.
Dengan adanya komponen antarmuka visual yang jelas ini akan
memudahkan penggunaannya dalam analisa citra dan untuk kedepan.
Ø Saran :
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa
lebihbaik.
DAFTAR PUSTAKA
1) Agung Alfiansyah, Workshop on Medical Image Processing, Submit, 11/24/2008, diunduh
20 februari 2010 dari Website
dikti.org.http://www.dikti.org/?quicktabs_1=2#quicktabs-1
2) Kalamullah Ramli, et.al. Pengembangan Perangkat Lunak Untuk Akuisisi data, Visualisasi dan
Analisis Citra Ultrasonografi Berbasis Open Source, Bahan Presentasi proposal peneltian kerjasama UI, BPPT
dan Edwar Technology, 2009, pp 3.
3) Thomas L. Szabo, Diagnostic Ultrasound Imaging : Inside Out. Academic Press Series in
Biomedical Engineering, 2004.
4) Bueche R. J., Introduction to Physics for Scientists and Engineers, New York: Mc Graw-Hill, 1986, pp 50-56.
5) William D. O’Brien. (2007). Review Ultrasound – biophysics mechanisms.
Journal Science Direct, Progress in Biophysics and Molecular Biology. 93
(2007) 214–216.
6) Pauly H, Schwan P. Mecanism of absorbtio of ultrasound in liver tissues. J Acoust
Soc Am 1971;2: pp 692-699.
7) Parker KJ. Attenuation measurement uncertainties caused by spekle statistics. J Acoust Soc Am 1986:80:pp 727-734.
8) Jerrold T Bushberg, et.al., The Essential Physics of Medical
Imaging, Chapter 16 : Ultrasound (2nd ed.). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
9) Sook Kien Ng, Ultrasound Imaging, bahan presentasi, diunduh 29 April 2010,
10) Doppler Ultrasound , Bahan presentasi, diunduh pada 10 April 2010 dari : http://fygo.dk/files/ukursus/Ultrasound%20Doppler.pdf
.
11) Alejandro Frangi, Introduction to Biomedical Imaging,
Bahan presentasi Computational Imaging Lab, Department of Information &
Communication Technology, pp 14, diunduh, 5 mei 2010 dari web Pompeu Fabra
University,
12) NuDAQ PCI-9812/10 20MHz Simultaneous 4-CH Analog Input Card,
Users’
Guide, ADLINK Technology Inc, 2003,
pp 1, 9.
Komentar
Posting Komentar