Langsung ke konten utama


 MAKALAH MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA  DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
 TERKAIT KASUS “USG”
Oleh : Rizka Ayu Setiyani, SST, M.PH

 
KELOMPOK 6
                                                                      ·            Ketut ayu wulantari                      (16140018)
                                                                      ·            MARIA MINCELINA KEWA  (16140050)
                                                                      ·            NOVYANTI ISRA MAWANG (16140048)
                                                                      ·            ANA KRISNAWATI                (16140073)





Program studi DIV bidan pendidik
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar


 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




                                                                                       Yogyakarta, 15 November 2017


                                                                                               kelompok



Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ……………………………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 
A. Latar Belakang ………………………………………….
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
C. Tujuan Penulisan ……………………………………….
D. Manfaat Penulisan ………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. .
A. Pengertian USG........................................................
B. Manfaat USG............................................................
C. Komponen dalam Mesin USG……………..........................
D. Prinsip kerja USG.....................................................
BAB III PENUTUP ……………………………………………
A. Simpulan ………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………



BAB I
PENDAHULUAN


Pencitraan memegang peranan yang sangat penting di bidang medis. Teknologi pencitraan medis menawarkan potensi sangat besar dalam membantu dokter melakukan pencegahan dini, penetapan diagnosis, serta pemberian treatment lanjutan kepada para pasien. Pada banyak kasus, teknologi ini juga telah menjadi langkah pertama dari serangkaian proses tindakan medis yang harus dilakukan dokter. Di sisi yang lain, pengolahan data citra medis berbasis komputer telah terbukti mempermudah proses yang harus dilakukan dokter dengan lebih cermat, teliti dalam waktu yang singkat. Namun sayangnya, di Indonesia nampaknya potensi tersebut belum banyak tergali baik pada tataran riset ataupun untuk keperluan real di rumah sakit[1].
Pendiagnosaan menggunakan ultrasonografi memiliki banyak keuntungan dibandingkan denga modalitas yang lain. Akan tetapi pada saat ini, ultrasonografi yang
digunakan rumah sakit – rumah sakit dan klinik di I ndonesia masih didatangkan dari luar negeri dengan harga mahal. Ini jelas berpengaruh kepada harga yang harus dibayar pasien yang membutuhkan pendiagnosaan menggunakan USG. Disamping itu adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai pusat atau ujung tombak layanan kesahatan masyarakat di Indonesia, ini karenakan hampir setiap kelurahan/desa mempunyai puskesmas ini.
Sementara itu, ironisnya setiap jam, 10 bayi dari 520 bayi yang lahir di Indonesia meninggal dunia. Dan Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia, 307 per 100.000 kelahiran, tertinggi di Asia. Salah satu faktornya adalah dimana Puskesmas belum menyediakan peralatan teknologi berbasis USG ini. Untuk mengetahui kondisi bayi dalam kandungan diperlukan USG, namun harga USG yang mahal menyebabkan hanya sedikit masyarakat yang dapat menggunakan USG tersebut. Mahalnya teknologi ini salah satu penyebabnya adalah Operating System dan core system USG tersebut menggunakan software berlisensi, dan adanya pajak pengiriman menyebabkan harga USG semakin mahal.
USG dapat menjadi pilihan untuk mendiagnosa kelainan didalam tubuh dan pemeriksaan kehamilan karena tidak mengandung resiko yang membahayakan seperti resiko yang ditimbulkan dari peralatan diagnostik yang menggunakan zat radioaktif. Karena banyaknya keuntungan yang dapat diberikan oleh USG, maka pada saat ini makin banyak dilakukan penelitian dan upaya perancangan menyangkut dengan USG. Untuk itu, usaha dan penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberi kontribusi untuk penciptaan USG di Indonesia, sehingga mampu mengurangi harga yang harus dibayarkan.
Secara umum proses itu akan melalui proses berikut, gelombang yang dipancarkan oleh transmitter (tranduser) akan diterima receiver (dalam hal ini adalah tranduser itu sendiri). Gelombang yang diterima transducer, berupa sinyal A–Mode yang selanjutnya diproses menjadi hasil B–Mod e. Hasil B–Mode menunjukkan tingkat kecerahan citra berdasarkan tingkat grayscale – nya. Dalam penelitian ini, penulis menfokuskan pada proses pengembanangan perangkat lunak untuk pengolahan hasil akuisisi data sinyal A-mode menjadi B-mode saja. Dan dilanjutkan pada pengembangan antarmuka visualisasi citra dengan analisis pencitraan untuk hasil citra USG yang lebih baik atau optimal.
Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti dibatasi sesuai judul yang diajukan yaitu “ Pengembangan dan Pengkayaan Fungsi Antarmuka Perangkat Lunak untuk Visualisasi dan Analis Citra Ultrasonografi”. Peneli tian yang dilakukan menggunakan program Matlab. Setelah didapat data awal berupa sinyal A–Mode atau pulsa e cho, yang selanjutnya sinyal A–Mode diubah menjadi citra B– Mode menggunakan program Matlab tersebut. Percobaan tahap pertama dibatasi dengan penggambaran awal obyek sampai menghasilkan sinyal A–Mode berupa data – dat a nilai x dan y dalam koordinat kartesian. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya dibatasi sampai menghasilkan citra 2 dimensi dalam B-mode dan analisis data input A-mode. Peneliti tidak merancang perangkat keras, dan proses akuisisi data dari dari DAQ, ataupun proses yang terjadi dalam sistem sehingga menjadi pulsa echo atau A-mode.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dasar dari teknik rekonstruksi visual hasil citra ultrasonik. men simulasiakn rancangan USG untuk mengetahui parameter – param eter optimal yang menentukan kualitas citra. Melakukan pengembangan antarmuka visual dan anaslisis citra terhadap rancangan USG.
Manfaat penelitian ini adalah Memahami dasar proses perancangan citra ultrasografi, memperoleh parameter– parameter optimal dalam menghasilkan citra ultrasonografi, memberi kontribusi dalam pengembangan teknologi USG di Indonesia. Metode penelitian yang akan dilakukan dengan. studi kepustakaan , simulasi, dan eksperimen





1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan masalah  yaitu “Aplikasi Ultrasonografi (USG) Dalam Bidang Kesehatan".
1.3  Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dibuat berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu:
·          Pengertian  Ultrasonografi (USG)
·          Jenis gelombang yang digunakan dalam Ultrasonografi (USG)
·          Manfaaat Ultrasonografi (USG)
·          Komponen  Ultrasonografi (USG)
·          Prinsip Kerja Alat Ultrasonografi (USG)
·          Kelebihan dan Kekurangan Ultrasonografi (USG)

1.4  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
·          Menjelaskan  tentang Ultrasografi (USG)
·          Menjelaskan Manfaat Ultrasonofrafi (USG)
·          Menjelaskan Komponen dan Prinsip Kerja Ultrasonografi (USG)

1.5  Manfaat
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
·         Dapat memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang kesehatan.
·         Bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar tentang aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang kesehatan.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknologi pencitraan medis, yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran saat ini. Kurangnya penelitian berkaitan dengan teknologi USG di Indonesia menjadikan ketergantungan pembelian perangkat USG secara import. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan suatu antarmuka dan pengkayaan fungsi perangkat lunak untuk visualisasi dan analisis citra USG. Eksperimen awal dilakukan dengan mengolah hasil data dari sinyal A-mode dan kemudian divisualisasi menjadi B-mode. Selanjutnya dikembangkan suatu antarmuka visual dan analisa proses pencitraan, serta penambahan fungsi citra lainnya. Visualisasi citra USG belum secara real time. Visualisasi citra dalam bentuk citra B-mode dan Video. Citra bisa dikarakterisasi dengan menggu-naan filter IIR dan FIR ataupun tanpa filter. Aplikasi mendukung penggunaan lowpass filter dan highpass filter dan perubahan kondisi nilai cut-off secara dinamis. Pengubahan filter order menentukan hasil citra yang divisualkan. Pada nilai filter older tertentu dengan karakteristik filter yang berbeda akan menghasikan citra yang bervariasi. Hasil visual citra scan dapat disimpan dalam format gambar .jpg dan dicetak. Aplikasi bisa menvisualkan konstruksi proses sinyal data grafik. Dalam hal ini pengguna dapat memilih line data

pada frame layer untuk dianalisa. Pengembangan antarmuka memberikan kemudahan dalam penggunaan aplikasi, serta bisa memahami proses visualisasi dengan lebih baik. Komponen-komponen antarmuka yang jelas menjadikan solusi analisa visualisasi, dan pemahaman terhadap algoritma USG lebih jauh.

Kata Kunci : Ultrasonografi, Matlab, A-mode, B-mode, Antarmuka Visual
Sejarah perkembangan Ultrasonik secara ringkas bisa dilihat pada Tabel 2.1 berikut :




Tabel 2.1 Perkembangan teknologi ultrasonic
Waktu
Perkembangan Ultrasonik
Th. 1790-1930an
Mengukur jarak dengan Echo
Th.1940an
Dussik mencitrakan otak
Th. 1950an
Ultrasonik Doppler M-Mode
Th.1960an
Contact B-scanner Pengamatan mekanik

real-time Echoencephalography
Th. 1970an
Pencitraan real-time Scan-conversion Gray-

scale Linear and phased arrays Commercial

array system Puked wave Doppler
Th. 1980an
Pencitraan aliran berwarna Wideband and

spesialized transducer
Th. 1990an
Sistem digital Pencitraan harmonik
Th. 2000an
pencitraan 3 D

Handheld 2 D array for 3 D imaging
Sumber : Thomas L. Szabo, 2004
B.     Manfaat Ultrasonografi (USG)
Manfaat dari ultrasonografi adalah untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak, melihat janin di dalam rahim ibu hamil,  melihat pergerakan serta perkembangan sebuah janin, mendeteksi perbedaan antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, yang tidak dapat dilakukan oleh sinar x, sehingga mampu menemukan tumor atau gumpalan lunak di tubuh manusia. 
Selain manfaat di atas, ultrasonografi dimanfaaatkan untuk memonitor laju aliran darah. Pulsa ultrasonik berfrekuensi 5 – 10 MHz diarahkan menuju pembuluh nadi, dan suatu reciever akan menerima signal hamburan gelombang pantul. Frekuensi pantulan akan bergantung pada gerak aliran darah. Tujuannya untuk mendeteksi thrombosis (penyempitan pembuluh darah) yang menyebabkan  perubahan laju aliran darah.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi lebih aman dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan sinar-x (sinar Rontgen) karena gelombang ultrasonik yang digunakan tidak akan merusak material yang dilewatinya sedangkan sinar x dapat mengionisasi sel-sel hidup. Karena ultrasonik merupakan salah satu gelombang mekanik, maka  pemeriksaan ultrasonografi disebut pengujian tak merusak (non destructive testing) . Aplikasi gelombang bunyi dalam bidang kedokteran  yang lain adalah penggunaan ultrasonografi  untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak. Selain itu, ultrasonografi dapat mengukur kedalaman suatu benda di bawah permukaan kulit melalui selang waktu dipancarkan sampai dipantulkan kembali gelombang ultrasonik.
Adapun manfaat USG pada pemeriksaan kendungan sesuai usia kehamilan :
Trimester I :
§      Memastikan hamil atau tidak.
§      Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
§      Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
§      Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II :
§      Melakukan penapisan secara menyeluruh.
§      Menentukan lokasi plasenta.
§      Mengukur panjang serviks.
Trimester III :
§      Menilai kesejahteraan janin.
§      Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
§      Melihat posisi janin dan tali pusat.
§      Menilai keadaan plasenta.

C.     Komponen dalam Mesin Ultrasonografi (USG)
Pada prinsipnya, ada tiga komponen mesin USG. Pertama, transduser, komponen yang dipegang dokter atau tenaga medis, berfungsi mengalirkan gelombang suara dan menerima pantulannya dan mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik. Kedua, monitor, berfungsi memunculkan gambar. Ketiga, mesin USG sendiri, berfungsi mengubah pantulan gelombang suara menjadi gambar di monitor. Tugasnya mirip dengan central proccesing unit (CPU) pada komputer personal.

2.1 Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik dengan frekuensi di atas 20 kHz. Gelombang ini dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas, hal disebabkan karena gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi sebagai interaksi dengan medium yang dilaluinya.






Gambar 2.2 Rentang frekuensi gelombang akustik
(a) Acoustic spectrum dan (b) medical ultrasound spectrum.
2.2 Karakteristik Ultrasound
Perambatan gelombang ultrasonik dalam medium disebabkan oleh getaran bolak-balik partikel melewati titik keseimbangan searah dengan arah rambat gelombangnya. Maka, gelombang bunyi lebih dikenal dengan gelombang longitudinal. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang suara dengan frekuensi di atas 20 kHz. Frekuensi ultrasonik yang digunakan untuk diagnosis berkisar 1 sampai 10 MHz [6 dan 7]. Jika gelombang ultrasonik merambat dalam suatu medium, maka partikel medium mengalami perpindahan energy[13]. Besarnya energi gelombang ultrasonik yang dimiliki partikel medium adalah jumlah energi potensial (Joule) dan energi kinetik (Joule).
Interaksi gelombang ultrasonik dengan jaringan mempengaruhi sinyal yang diterima oleh receiver. Ini disebabkan oleh gelombang ultrasonik mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh suatu medium. Ketika medium yang berdekatan memiliki impedansi akustik yang hampir sama, hanya sedikit energi yang direfleksikan. Impedansi akustik memiliki peran menetapkan transmisi dan refleksi gelombang di batas antara medium yang memiliki impedansi akustik yang berbeda. Peristiwa hamburan yang terjadi ketika gelombang ultrasonik berinteraksi dengan batas antara dua medium. Jika batas dua medium relatif rata, maka pulsa ultrasonik dapat disebut dengan specular reflection (seperti pemantulan pada cermin) dimana semua pulsa ultrasonik akan dipantulkan ke arah yang sama. Permukaan yang tidak rata menyebabkan gelombang echo dihamburkan ke segala arah. adanya peristiwa penghamburan (scattering) dan penyerapan (absorption) menyebabkan gelombang suara yang merambat melawati suatu medium mengalami adanya suatu pelemahan intensitas (Atenuasi) [7]. Ketika gelombang ultrasonik melalui dua medium yang berbeda dengan sudut tertentu maka gelombang ultrasonik mengalami refraksi atau perubahan arah gelombang ultrasonik yang ditransmisikan pada batas antara medium yang berbeda disaat berkas gelombang tidak datang tegak lurus terhadap batas jaringan.
2.3 Pencitraan Ultrasonografi
Pada ultrasonik, citra yang dihasilkan melalui berkas suara yang direfleksikan. Berkas gelombang yang dipancarkan tidak memperbesar formasi citra, tapi transmisi yang cukup kuat menghasilkan gema yang dalam. Prosentase suara yang direfleksikan di antara muka jaringan tergantung pada impedansi. Apabila gelombang ultrasonik mengenai permukaan antara dua jaringan yang memiliki perbedaan impedansi akustik, maka sebagian dari gelombang ultrasonik ini akan direflesikan/dipantulkan dan sebagian lagi akan ditransmisikan/diteruskan. Pulsa yang mengenai organ akan direfleksikan dan ditangkap oleh receiver untuk diolah menjadi citra.
Ultrasonik bekerja dengan cara memancarkan gelombang suara frekuensi tinggi ke tubuh pasien melalui transduser. Gelombang suara ini menembus tubuh dan mengenai batas-batas antar jaringan, seperti antara cairan dan otot, antara otot dan tulang. Sebagian gelombang suara ini dipantulkan kembali ke transduser, sebagian lain terus menembus bagian tubuh lainnya sampai kemudian juga dipantulkan. Gelombang-gelombang suara pantulan ini ditangkap kembali oleh transduser dan diteruskan ke mesin ultrasonik, yang akan menghitung berapa jarak jaringan pemantul dengan probe berdasarkan kecepatan suara di dalam jaringan. Lalu mesin ultrasonik menampilkan pantulan gelombang suara itu di layar dalam bentuk sinyal. Hasil pantul (echo) dari gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser yang mengubah gelombang akustik ke sinyal elektronik untuk diolah dan ditam pilkan.



Pencitraan USG ada dalam berbagai citra dasar, diantaranya Amplitudo mode (A-mode).





Gambar 2.3 Proses A-mo de.
Gambar 2.13 menjelaskan proses terbentuknya A-mode, pantulan pertama terjadi sebagai pulsa yang dikirim oleh
transmitter. A-mode display digunakan untuk menggambarkan hubungan amplitudo pulsa echo dengan kedalaman jaringan tubuh.
Yang kedua Brightness mode (B-m ode) adalah mode dimana gelombang echo dan amplit udo sebagai warna. Warna menyesuaikan dari amplitudo. (hitam, putih, abu-abu). Mode ini dipergunakan di sonography. Dalam ultrasound B-mode, satu array linear da ri transducers secara simultan menscan satu benda melalui tubuh yang dapat dipandang sebagai suatu gambar du a dimensional pada layar.




Gambar 2.4 Citra B-mode.
Yang ketiga adalah M-mode singkatan dari Motion mode dimana amplitudo dan frekuensi saling berganti pada sumbu XY. Diagram ini biasanya khusus untuk detak jantung. Diagram ini sering terlihat dengan B-Mode. M-mode ultrasound dijadikan untuk penggunaan tertentu dalam membelajari detak jantung.


Gambar 2.5 Citra M-mode.
Secara lebih jelas gambar berik ut menggambarkan perbedaan ketiga dasar pencitraan USG tersebut.




Gambar 2.6 Pencitraan U ltasonografi.
3.    Perancangan Sistem
1  Perangkat Keras
PC pada awalnya masih dipergunakan untuk keperluan menelaah proses dengan p enyimpanan data dan penempatkan proses data dengan peningkatan citra. Sistem sudah bisa menyimpan, dikirimkan, dan menampilkan citra ultrasound melalui komputer, dimana sistem ini masih menggunakan analog pendigitan citra ultrasound secara off-line. Perkembangan ini memud ahkan penggabungan ke dalam sistem ultrasound berbasis perangkat lunak waktu riil. Dalam sistem perangkat keras berbasis PC dibutuhkan akuisisi data dan tranduser. Untuk akuisisi data dalam penelitian ini penulis memakai PCI-9812/10. Gambaran PCI-9812/10 bisa dilihat seperti dibawah ini, Disain kinerja yang tinggi dan tekhnologi “ stat e-of-the-art” menjadikan kartu ini ideal untuk aplikasi DSP, FFT, digital filtering, dan image processing







Gambar 3.1 gambar lay-out PCB PCI-9812/10.
Transduser merupakan suatu komponen dari sistem ultrasonik yang berhubungan la ngsung dengan tubuh pasien. Transduser memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan pulsa ultrasonik dan menerima atau mendeteksi echo yang kembali. Dalam konteks ultrason ik medis transduser yang digunakan akan mengacu kepada transduser ultrasonik yang digunakan untuk mengubah sinya l akustik menjadi sinyal listrik dan sinyal listrik menjadi s inyal akustik. Transduser terdiri dari satu atau lebih element piezoelektrik. Ketika suatu pulsa elektrik bekerja pad a element piezoelektrik, maka piezoelektrik akan bervi brasi dan menghasilkan gelombang ultrasonik. Dan seb aliknya, ketika element piezoelektrik bervibrasi akan dipan tulkannya pulsa echo.
Pada penelitian awal untuk seimul asi data sinyal input citra menggunakan Ultrasonic Thickn ess Twin Compression CDF sebagai percobaan
(a)      Linear        (b) Phased      (c) Curvilinear
Gambar 32 Tipe tranduser 2D Ultrasound.




Gambar 3.3  Twin Compression CDF—Protective Membran            e.
3.2 Sistem Perangkat Lunak
Software atau perangkat lunak ultrasound dikembangkan pada lingkungan berbasis windows. Sebagai core sistemnya peneliti menggunakan Matlab sebagai antarmukanya. Matlab untuk pengolahan sinyal, pengolahan matrik, visualisasi, dan kontrol.

3.3 Algoritma Perancangan Ultrasonnografi Ultrasnografi merupkan bagian dari tomografi. Istilah Tomografi berasal dari bahasa Latin “tomos” yang ar tinya irisan dan “graphia” yang berarti penggambaran. Tom ografi adalah penggambaran irisan-irisan (sections) dari suatu benda (mis. Tubuh manusia), tanpa secara fisik mengiris benda tersebut. Prinsip dasar dalam tomografi adalah melakukan rekonstruksi citra irisan berdasarkan citra proyeksinya. Hal ini dimungkinkan oleh transformasi Radon. Perbedaan utama dari berbagai teknik tersebut diatas adalah penggunaan gelombang pengindera. Sedangkan persamaan utamanya adalah teknik rekonstruksi yang didasarkan pada proyeksi, terkecuali untuk ultrasonografi dimana USG menggunakan pendekatan Refleksi ultrasound dalam proses pencitraannya.
Sonografi medis (ultrasonografi, USG) adalah suatu teknik pencitraan/imaging menggunakan bunyi ultra (ultrasound) untuk memvisualisasikan otot, organ tubuh bagian dalam, menentukan ukuran, struktur organ tubuh dan kemungkinan adanya jaringan yang rusak (lesions).






Dari kompleksitas proses ditas, peneliti hanya mengambil hasil dari akusisi data berupa A-mode dan dari bentuk sinyal A-mode inilah yang nanti akan peneliti olah menjadi citra B-mode. Sebagi ilustrasi bisa digambarkan sebagai berikut :




Gambar 3.5 Konfigurasi citra B-Mode[15].
B–mode mengacu kepada tingkat kecerahan obyek pantul . Pada umumnya tingkat kecerahan dari titik sebanding dengan amplitudo sinyal echo. Penampil B–mode digun akan untuk M–mode dan pencitraan gray–scale 2D. B–mode merupakan bagian utama pencitraan ultrasonografi, dimana variasi dari intensitas dan kecerahan mengindikasikan perbedaan amplitudo sinyal yang dipantulkan.
Tahapan – tahapan perancangan dapat dijelaskan seca ra singkat seperti berikut :
Konversi citra sinyal A-mode, merubah citra sinyal ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam data numerik.
Load  data  file  library,  tahap  ini  bertujuan  untuk membuka   data   dari   simulasi   A-mode   yang   telah disimpan berupa data numerik/angka  dalam bentuk file .txt/librari.
 Mereduksi data sinyal transmisi, mereduksi data sinyal bertujuan untuk menghilangkan sinyal transmisi yang muncul di awal sinyal A–Mode, sehingga jika sinyal A– Mode dicitrakan, sinyal transmisi tidak ikut serta dalam citra yang dihasilkan. Proses ini dilakukan dengan memberikan filter band pass yang kemudian sinyal keluaran di envelope sehingga didapat sinyal positif dan berupa data sinyal puncak, kemudian di kompresi secara logaritmik sehingga sinyal-sinyal yang tidak dibutuhkan terbuang sehingga menghasilkan sinyal data yang diharapkan saja.
Penguatan sinyal, penguatan bertujuan untuk memperkuat sinyal echo yang diterima transducer. Sinyal echo perlu dikuatkan karena, sinyal echo yang diterima oleh transducer akan semakin kecil seiring dengan semakin jauhnya jarak dari permukaan transducer.
Menampilkan citra, pada tahapan akhir inilah diperoleh citra B– Mode dengan menggunakann proses rekonstruksi yang komplek sebelum



Peralatan Yang Digunakan
1.      Transducer
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV8HK8Yip5E61p-E1HpsrrJ6c31YWjSRkKhdu8xwAyYlAAiV-XIpVOPyvcKiQ9-CMQfITYf_MXifUkR64nGBUzMDP3dvcKgXKBR6ZAUYm7jCMUmo5S2Hzlg-e0F73vztb4q_exYRA5sJNf/s1600/1..pngTransducer adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transducer terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transducer. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
Transducer adalah alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus sebagai recevier     (penerima). Dalam fungsinya sebagai pemancar, transducer merubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran suara berfrekuensi tinggi. Fungsi recevier pada transducer merubah energi mekanik menjadi listrik.
2.      Monitor yang digunakan dalam USG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEV4pwAgMMrxJjLrZeo-dmntsY7uw1XHwsCy105oLjIBGq8sv7Lgce1MrcqzF8xx63mhnW2iCAk8nI_uz0852Rmq_zmqAzXexvyLPkC3ra8lbEt72zmzlmnH8LkjCWsYvDh-ATYnufguoi/s1600/3..pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyWtO9i_ssURK3edAagEDExZk63AuRFeX81sXON5jNR6YiVDcvQjTiDxHIGkRIPvivZFNiin-esZukMXsYLyZuQYCJuTzqGBYY6H_dDILeb5cQnU5GsXTns3T7PdCjRdIpT_zr5uyMpOSB/s1600/2..png


3.      Mesin USG                                   

Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.

Sonograph
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCIKzDAxCisDpz0m1i8-AlbRdDXrbduGlWaVc9h5G4-FD74XF6J_1YC_ybK8XoFCnDtzvxoQXcFP0mXWoEDorM-5NdbivCIdoAwSJC9Qbj7ZDoHaiVkjXTWBbxOK3Qe1wvznSwOfdd8wvW/s1600/4..pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSjTHVcnMEPVYaueNs_dY1ojyDEZIrSOvOuW1wlhfKuklFYL-jlaXmPYfjokqfIu56i-51bKLPhEgWIuXRmwMdXDH34gdLhIweyLzQ0YO48uRct_vsdrxQEQh_40_MEqBif3F6227cVcD7/s1600/5..png

Adapun komponen USG selain tiga komponen di atas yaitu :
·         Pulser adalah alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasonik.
·         Tabung sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada tabung ini terdapat tabung hampa udara yg memiliki beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.
·         Printer adalah alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran yang ditampilkan oleh tabung sinar katoda.
·         Display adalah alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.

D.    Prinsip Kerja Alat Ultrasonografi (USG)
Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan gema yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer dan akan ditangkap oleh transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY880eMgHeyaB4mCefegbrTu3nTNBWd5Rwe_dzhwoUOOszB6EEEvqZept8imTmyjI1ofz5if0j-SJ5NzF0Vxs4NtQI0xdzppsRcHYkNZHAGdhDKL8_P4E_SnAV2q7sCM0jGFq8DPBac3vJ/s1600/6..png
Diagram Prinsip Dasar USG

E.     Jenis Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

1)      USG 2 Dimensi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOneVSStVaSH45ZfYD5grI8f9Bb-uGgH7xvYUm7X2-2bryAXrZyjObtKzPyzapU67EhSZDWOKuQBiGQmoQgs01_5bAKx1DchM3jBGE9C6jgln8ArC7se2w-0Ng3NrmC_SpG-CR67vWwsCz/s1600/7..png
 Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.



2)      USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).

3)      USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4)      USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
·         Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
·         Tonus (gerak janin).
·         Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
·         Doppler arteri umbilikalis.
·         Reaktivitas denyut jantung janin.

F.      Kelemahan dan Kelebihan Ultrasonografi (USG)
Berikut adalah kelemahan dan kelebihan Ultrasonografi yaitu:
     Kelemahan:
¨     Dapat ditahan oleh kertas tipis.
¨     Antara tranducer (probe) dengan kulit tidak dapat kontak dengan baik (interface)    sehingga bias terjadi artefak sehingga perlu diberi jelly sebagai penghantar ultrasound.
¨     Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara akan dihamburkan.
¨     Tidak 100% akurat
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
o   Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
o   Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau / daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
o   Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
o   Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
o   Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
o   Air ketuban sedikit.
o   Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.
     Kelebihan:
¨     Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan memberi hasil yang cepat.
¨     Bersifat non invasif (tidak terjadi efek samping) sehingga dapat dilakukan pula pada anak-anak. Aman untuk pasien dan operator, karena tidak tergantung pada radiasi ionisasi.
¨     Memberi  informasi dengan batas struktur organ sehingga memberi gambaran anatomis lebih besar dari informasi fungsi organ.
¨     Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditentukan bentuk, ukuran, posisi, dan ruang interpasial.
¨     Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interaksi dengan gelombang suara.
¨     Dapat mendeteksi struktur yang bergerak seperti pulsasi fetal
¨     Dapat juga mendeteksi kanker payudara.







Etika USG menurut kode etik kedokteran :
  • Penggunaan teknik biomedik dalam ultrasonografi (USG) sebagai alat bantu diagnostic telah nyata manfaatnya dalam praktek kedokteran. Peningkatan peralatan telah mengakibatkan penggunaan USG yang luas. Bersamaan dengan ini harapan yang baik dari pihak pasien maupun dari pihak dokter, dalam penggunaan alat bantu diagnostic ini sangat meningkat, terutama sehubungan dengan aplikasinya yang tepat.
  • Tanggapan dari segi hokum, etik, dan ekonomi telah terdengar dari kelompok-kelompok yang bertanggung jawab terhadap dikenalkannya, dikembangkannya, dan dipergunakannya alat itu sebagai  alat bantu diagnostic secara luas.
  • Perawatan yang mahal, tanpa didukung spesialis yang trampil dalam menggunakan alat-alat tersebut, adalah penghamburan uang sama halnya dengan kemampuan membuat diagnosis yang sangat banyak komplikasinya, tetapi tidak ada ahli klinik atau sarana yang dapat menolong atau mengobati pasien.
Permasalahan seputar penggunaan alat USG :
  • Tidak adanya sarana pemeriksaan dengan USG yang menurut standar pengobatan telah  menentukan bahwa dalam kasus-kasus tertentu USG harus dipergunakan sebagai alat bantu diagnostic.
  • Penggunaan alat USG mengakibatkan tidak terdiagnosisnya. Timbulnya kasus negative palsu akibat ketidakmampuan pemeriksaan dalam pemakaian USG.
  • Ketidakmampuan menerangkan. Baik kepada dokter yang meminta maupun si penderita, mengenai kelainan yang sudah ditemukan oleh si ahli USG.
  • Suatu interpretasi yang berlebihan tehadap sebuah gambah USG sehingga kelainan ini mengakibatkan hal yang negative (kerugian).
Pembahasan issue etik penggunaan USG secara rutin :
  • Etika dasar pembenaran untuk program penapisan secara umum menggunakan asas manfaat.
  • Pasien bebas untuk memilih jenis dari perawatan yang dianjurkan atau memilih jenis tes sebelum melahirkan.
Beberapa pendapat tentang pemeriksaan rutin USG :
  • Kehamilan bisa diakhiri juka ditemukan kelainan pada janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengan janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengancacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,cacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,1992).1992).
  • Para ibu mengharapkan bayinya tidak ada masalah serius tentang pertumbuhannya dan memperoleh perawatan secara antenatal secara tepat (Luck, 1992).

  • Penegasan usia kehamilan dari janin dengan menggunakan USG untuk memperoleh janin yang baik hingga mengurangi resiko post matur dan prematurehingga mengurangi resiko post matur dan premature karena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etkarena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etal, 1982).al, 1982).
  •  Taksiran usia kehamilan dari janin pada trimester pertama dan kedua pada kehamilan melalui screening untuk masalah pertumbuhan janin akan dimonitor keakuratannya. Untuk memastikan bahwa resiko pertumbuhan janin akan segera ditemukan pada tahap awal, terutama pada kehamilan kembar. Paternalisme dan keamanan praktek praktek.
  • Profesi kesehatan dan atau bidan mempunyaitugas untuk memberikan nasehat pada ibu hamil tentang apa yang bisa menimbulkan konflik antara ibu hamil dengan yang mereka tentang apa yang dijalani petugas.
  • Menurut pendapat professional bahwa minat ibu Untuk menolak USG bukan persfektif yang sehat tapa yang mungkin mereka (petugas) pertimbangkan dalam keselamatan praktek tidak sesuai dengan yang mereka putuskandan dokter harus menghormati keputusan itu.
  • Petugas yang belum mahir dalam mempraktekkan USG dapat menimbulkan keraguan pada klien, untuk itu disusun panduanpemeriksaan USG.
Manfaat dari etika medis
  • Keputusan dokter harusnya melihatdari Hipocrates pada abad ke-4 sebelum masehi, namun sangat sulit pada prakteknya. Pada waktunya akan sulit memutuskan apa yang baik bagaimana perawatan yang dilakukan dan bagaimana melindungi si ibu dari bahaya.Kenyataannya mengundang ibu hamil untuk ikut serta dalam pemeriksaan bisa menyebabkan kegelisahan, untuk itu kegelisahan harusdiprioritaskan. Hal ini merupakan dilemma bagi para professional.
Pendapat Tentang Penggunaan USG Rutin pada kehamilan:
  1. Menurut medis
  • Alat bantu membuat diagnosis padakehamilan.
  • Monitoring tumbuh kembang janin secara jelas.
  • Sebagai deteksi dini kelainan pada kehamilan beresiko dan penanganan awal bila terjadi kondisi abnormal pada janin atau ibunya.
  • Klien yang datang untuk memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan & kebidanan mengharapkan pemeriksaan pemeriksaanyang lengkap dengan USG.



  1. Pendapat menurut Bidan.Pendapat menurut Bidan.
  • Berdasarkan falsafah bidan, bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatukeadaan yang fisiologis sehingga tidak perlu USG rutin pada kehamilan kecuali ada indikasi yang jelas secara medis.
  • Pemeriksaan USG yang tidak berdasarkan indikasi medik merupakan pelanggaran etika.
  • Pemeriksaan USG yang rutin akanmenimbulkan kerugian secara material karena relatip mahal dan adanya gangguan psikologis pada klien bila ditemukan kelainan atau keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya (jenis kelamin).
  • Pemeriksaan USG bisa merugikan pasien(klien) bila dilakukan oleh dokter/operator(klien) yang tidak terlatih.
  • Pemeriksaan USG bukan kompetensi bidan.
  • Pemeriksaan USG yang salah akan meningkatkan angka abortus.

  1. Pendapat Menurut Klien dan MasyarakatPendapat Menurut Klien dan Masyarakat
  • Bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah menganggap pemeriksaan USG mahal.
  • Merasa ada kebanggaan tersendiri ,senang,yakin dan tenang dapat melihat janin dengan pemeriksaan USG oleh dokter.
  • Kadang membingungkan klien bila hasil pemeriksaan USG berbeda karena sonographer yang berbeda sehingga membutuhkan second opinion.
  • USG sebagai alat modern dan canggih.
  • Masih ada sebagian masyarakat yang takut untuk diperiksa USG karena tidak siap bila ditemukan kelainan pada kehamilan.
  • Ibu hamil akan terganggu secara psikologis bila diketahui ada kelainan pada kehamilannya.
Sikap Bidan Terhadap Issue Etik Penggunaan USG
  • Dalam menjalankan tugas harus sesuai kode etik dan standar profesi juga peraturan perundang-dan standar profesi juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • Bidan senantiasa memberikan informasi yang jelas mengenai pengunaan USG kepada klien.
  • Bidan dalam menjalankan otonomi kliniknya senantiasa selalu membuat keputusan yang etis dan professional serta mendukung klien untuk professional serta mendukung klien untuk mengambil keputusan yang tepat sehinggamenguntungkan klien.
  • Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan dilandasi komitmen yang kuat dengan basis etik dan moral yang baik.
  • Bidan senantiasa melakukan komunikasi yang baik dengan kiien sehingga hubungan tetap terjalin baik antara bidan dan klien.



BAB III
PENUTUP
Ø Tekhnologi USG diharapkan memberi solusi terhadap salah satu permasalahan bangsa ini dalam bidang medis. Dan dengan adanya upaya perancangan dan pengembangan tekhnologi ini akan mengurangi dampak sosial dan ekonomi, akibat semakin mudah dan murahnya penggunaan tekhnologi USG di Indonesia umumnya. Melalui penelitian ini, pengembangan perangkat lunak untuk sistem USG berbasis PC dihasilkan :
1)      Visualisasi USG dilakukan beberapa tahap (rekonsruksi), dengan menggunakan RF data sebagi file input yang didapat dari dokumen Siemen (Sonoline Antares USG system), sehingga pengembangan perangkat lunak ini mengacu pada script dan perangkat Siemen tersebut.
2)      ada penelitian ini peneliti hanya menggunakan RF data sebagai input visualisasi citra namun masih bisa dikembangkan dengan jenis file data dan perangkat USG lain .
3)      Proses visualisasi belum secara real time karena menggunakan file sebagai inputnya (dalam hal ini sudo real time), visualisasi bisa dalam bentuk citra B-mode (frame tunggal) dan juga Video (multi frame).
4)      Visualisasi juga memberikan analisa terhadap proses rekonstruksi secara proses citra line data dari RF data, baik dengan perubahan karakter dari sinyal input ataupun tidak. Untuk proses analisa pengguna dapat memilih posisi line data pada frame layer yang dianalisa.
5)      Hasil visual citra dalam bentuk scan convertion dapat disimpan dalam format gambar (extention .jpg) dan juga dicetak (print).
6)      Hasil visualisasi yang ditampilkan bisa dikarakterisasi dengan memilih penggunaan filter (IIR dan FIR) ataupun tidak, dan juga menentukan penggunaan lowpass filter ataupun highpass filter serta menentukan perubahan kondisi nilai cut-off kedua filter tersebut.
7)      Perubahan filter order akan cukup menentukan hasil citra yang divisualkan, pada nilai pangkat tertentu dengan karakteristik filter yang berbeda akan mendapatkan citra yang baik ataupun sebaliknya.
Dengan adanya komponen antarmuka visual yang jelas ini akan memudahkan penggunaannya dalam analisa citra dan untuk kedepan.


Ø Saran   :
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebihbaik.




DAFTAR PUSTAKA
1)      Agung Alfiansyah, Workshop on Medical Image Processing, Submit, 11/24/2008, diunduh 20 februari 2010 dari Website dikti.org.http://www.dikti.org/?quicktabs_1=2#quicktabs-1
2)      Kalamullah Ramli, et.al. Pengembangan Perangkat Lunak Untuk Akuisisi data, Visualisasi dan Analisis Citra Ultrasonografi Berbasis Open Source, Bahan Presentasi proposal peneltian kerjasama UI, BPPT dan Edwar Technology, 2009, pp 3.
3)      Thomas L. Szabo, Diagnostic Ultrasound Imaging : Inside Out. Academic Press Series in Biomedical Engineering, 2004.
4)      Bueche R. J., Introduction to Physics for Scientists and Engineers, New York: Mc Graw-Hill, 1986, pp 50-56.
5)      William D. O’Brien. (2007). Review Ultrasound – biophysics mechanisms. Journal Science Direct, Progress in Biophysics and Molecular Biology. 93 (2007) 214–216.
6)      Pauly H, Schwan P. Mecanism of absorbtio of ultrasound in liver tissues. J Acoust Soc Am 1971;2: pp 692-699.
7)      Parker KJ. Attenuation measurement uncertainties caused by spekle statistics. J Acoust Soc Am 1986:80:pp 727-734.
8)      Jerrold T Bushberg, et.al., The Essential Physics of Medical Imaging, Chapter 16 : Ultrasound (2nd ed.). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
9)      Sook Kien Ng, Ultrasound Imaging, bahan presentasi, diunduh 29 April 2010,
10)  Doppler Ultrasound , Bahan presentasi, diunduh pada 10 April 2010 dari : http://fygo.dk/files/ukursus/Ultrasound%20Doppler.pdf .
11)  Alejandro Frangi, Introduction to Biomedical Imaging, Bahan presentasi Computational Imaging Lab, Department of Information & Communication Technology, pp 14, diunduh, 5 mei 2010 dari web Pompeu Fabra University,
12)  NuDAQ PCI-9812/10 20MHz Simultaneous 4-CH Analog Input Card, Users’ Guide, ADLINK Technology Inc, 2003, pp 1, 9.



 MAKALAH MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA  DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
 TERKAIT KASUS “USG”
Oleh : Rizka Ayu Setiyani, SST, M.PH

 
KELOMPOK 6
                                                                      ·            Ketut ayu wulantari                      (16140018)
                                                                      ·            MARIA MINCELINA KEWA  (16140050)
                                                                      ·            NOVYANTI ISRA MAWANG (16140048)
                                                                      ·            ANA KRISNAWATI                (16140073)





Program studi DIV bidan pendidik
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar


 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




                                                                                       Yogyakarta, 15 November 2017


                                                                                               kelompok



Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ……………………………………………...
KATA PENGANTAR ……………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 
A. Latar Belakang ………………………………………….
B. Rumusan Masalah ……………………………………..
C. Tujuan Penulisan ……………………………………….
D. Manfaat Penulisan ………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. .
A. Pengertian USG........................................................
B. Manfaat USG............................................................
C. Komponen dalam Mesin USG……………..........................
D. Prinsip kerja USG.....................................................
BAB III PENUTUP ……………………………………………
A. Simpulan ………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………



BAB I
PENDAHULUAN


Pencitraan memegang peranan yang sangat penting di bidang medis. Teknologi pencitraan medis menawarkan potensi sangat besar dalam membantu dokter melakukan pencegahan dini, penetapan diagnosis, serta pemberian treatment lanjutan kepada para pasien. Pada banyak kasus, teknologi ini juga telah menjadi langkah pertama dari serangkaian proses tindakan medis yang harus dilakukan dokter. Di sisi yang lain, pengolahan data citra medis berbasis komputer telah terbukti mempermudah proses yang harus dilakukan dokter dengan lebih cermat, teliti dalam waktu yang singkat. Namun sayangnya, di Indonesia nampaknya potensi tersebut belum banyak tergali baik pada tataran riset ataupun untuk keperluan real di rumah sakit[1].
Pendiagnosaan menggunakan ultrasonografi memiliki banyak keuntungan dibandingkan denga modalitas yang lain. Akan tetapi pada saat ini, ultrasonografi yang
digunakan rumah sakit – rumah sakit dan klinik di I ndonesia masih didatangkan dari luar negeri dengan harga mahal. Ini jelas berpengaruh kepada harga yang harus dibayar pasien yang membutuhkan pendiagnosaan menggunakan USG. Disamping itu adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai pusat atau ujung tombak layanan kesahatan masyarakat di Indonesia, ini karenakan hampir setiap kelurahan/desa mempunyai puskesmas ini.
Sementara itu, ironisnya setiap jam, 10 bayi dari 520 bayi yang lahir di Indonesia meninggal dunia. Dan Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia, 307 per 100.000 kelahiran, tertinggi di Asia. Salah satu faktornya adalah dimana Puskesmas belum menyediakan peralatan teknologi berbasis USG ini. Untuk mengetahui kondisi bayi dalam kandungan diperlukan USG, namun harga USG yang mahal menyebabkan hanya sedikit masyarakat yang dapat menggunakan USG tersebut. Mahalnya teknologi ini salah satu penyebabnya adalah Operating System dan core system USG tersebut menggunakan software berlisensi, dan adanya pajak pengiriman menyebabkan harga USG semakin mahal.
USG dapat menjadi pilihan untuk mendiagnosa kelainan didalam tubuh dan pemeriksaan kehamilan karena tidak mengandung resiko yang membahayakan seperti resiko yang ditimbulkan dari peralatan diagnostik yang menggunakan zat radioaktif. Karena banyaknya keuntungan yang dapat diberikan oleh USG, maka pada saat ini makin banyak dilakukan penelitian dan upaya perancangan menyangkut dengan USG. Untuk itu, usaha dan penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu memberi kontribusi untuk penciptaan USG di Indonesia, sehingga mampu mengurangi harga yang harus dibayarkan.
Secara umum proses itu akan melalui proses berikut, gelombang yang dipancarkan oleh transmitter (tranduser) akan diterima receiver (dalam hal ini adalah tranduser itu sendiri). Gelombang yang diterima transducer, berupa sinyal A–Mode yang selanjutnya diproses menjadi hasil B–Mod e. Hasil B–Mode menunjukkan tingkat kecerahan citra berdasarkan tingkat grayscale – nya. Dalam penelitian ini, penulis menfokuskan pada proses pengembanangan perangkat lunak untuk pengolahan hasil akuisisi data sinyal A-mode menjadi B-mode saja. Dan dilanjutkan pada pengembangan antarmuka visualisasi citra dengan analisis pencitraan untuk hasil citra USG yang lebih baik atau optimal.
Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti dibatasi sesuai judul yang diajukan yaitu “ Pengembangan dan Pengkayaan Fungsi Antarmuka Perangkat Lunak untuk Visualisasi dan Analis Citra Ultrasonografi”. Peneli tian yang dilakukan menggunakan program Matlab. Setelah didapat data awal berupa sinyal A–Mode atau pulsa e cho, yang selanjutnya sinyal A–Mode diubah menjadi citra B– Mode menggunakan program Matlab tersebut. Percobaan tahap pertama dibatasi dengan penggambaran awal obyek sampai menghasilkan sinyal A–Mode berupa data – dat a nilai x dan y dalam koordinat kartesian. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya dibatasi sampai menghasilkan citra 2 dimensi dalam B-mode dan analisis data input A-mode. Peneliti tidak merancang perangkat keras, dan proses akuisisi data dari dari DAQ, ataupun proses yang terjadi dalam sistem sehingga menjadi pulsa echo atau A-mode.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dasar dari teknik rekonstruksi visual hasil citra ultrasonik. men simulasiakn rancangan USG untuk mengetahui parameter – param eter optimal yang menentukan kualitas citra. Melakukan pengembangan antarmuka visual dan anaslisis citra terhadap rancangan USG.
Manfaat penelitian ini adalah Memahami dasar proses perancangan citra ultrasografi, memperoleh parameter– parameter optimal dalam menghasilkan citra ultrasonografi, memberi kontribusi dalam pengembangan teknologi USG di Indonesia. Metode penelitian yang akan dilakukan dengan. studi kepustakaan , simulasi, dan eksperimen





1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dibuat suatu rumusan masalah  yaitu “Aplikasi Ultrasonografi (USG) Dalam Bidang Kesehatan".
1.3  Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dibuat berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu:
·          Pengertian  Ultrasonografi (USG)
·          Jenis gelombang yang digunakan dalam Ultrasonografi (USG)
·          Manfaaat Ultrasonografi (USG)
·          Komponen  Ultrasonografi (USG)
·          Prinsip Kerja Alat Ultrasonografi (USG)
·          Kelebihan dan Kekurangan Ultrasonografi (USG)

1.4  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut:
·          Menjelaskan  tentang Ultrasografi (USG)
·          Menjelaskan Manfaat Ultrasonofrafi (USG)
·          Menjelaskan Komponen dan Prinsip Kerja Ultrasonografi (USG)

1.5  Manfaat
Manfaat yang diharapakan dari penyusunan makalah ini adalah :
·         Dapat memberikan penjelasan tentang aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang kesehatan.
·         Bagi mahasiswa makalah ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan belajar tentang aplikasi cara kerja Ultrasonografi (USG) dalam bidang kesehatan.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknologi pencitraan medis, yang paling banyak digunakan dalam dunia kedokteran saat ini. Kurangnya penelitian berkaitan dengan teknologi USG di Indonesia menjadikan ketergantungan pembelian perangkat USG secara import. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan suatu antarmuka dan pengkayaan fungsi perangkat lunak untuk visualisasi dan analisis citra USG. Eksperimen awal dilakukan dengan mengolah hasil data dari sinyal A-mode dan kemudian divisualisasi menjadi B-mode. Selanjutnya dikembangkan suatu antarmuka visual dan analisa proses pencitraan, serta penambahan fungsi citra lainnya. Visualisasi citra USG belum secara real time. Visualisasi citra dalam bentuk citra B-mode dan Video. Citra bisa dikarakterisasi dengan menggu-naan filter IIR dan FIR ataupun tanpa filter. Aplikasi mendukung penggunaan lowpass filter dan highpass filter dan perubahan kondisi nilai cut-off secara dinamis. Pengubahan filter order menentukan hasil citra yang divisualkan. Pada nilai filter older tertentu dengan karakteristik filter yang berbeda akan menghasikan citra yang bervariasi. Hasil visual citra scan dapat disimpan dalam format gambar .jpg dan dicetak. Aplikasi bisa menvisualkan konstruksi proses sinyal data grafik. Dalam hal ini pengguna dapat memilih line data

pada frame layer untuk dianalisa. Pengembangan antarmuka memberikan kemudahan dalam penggunaan aplikasi, serta bisa memahami proses visualisasi dengan lebih baik. Komponen-komponen antarmuka yang jelas menjadikan solusi analisa visualisasi, dan pemahaman terhadap algoritma USG lebih jauh.

Kata Kunci : Ultrasonografi, Matlab, A-mode, B-mode, Antarmuka Visual
Sejarah perkembangan Ultrasonik secara ringkas bisa dilihat pada Tabel 2.1 berikut :




Tabel 2.1 Perkembangan teknologi ultrasonic
Waktu
Perkembangan Ultrasonik
Th. 1790-1930an
Mengukur jarak dengan Echo
Th.1940an
Dussik mencitrakan otak
Th. 1950an
Ultrasonik Doppler M-Mode
Th.1960an
Contact B-scanner Pengamatan mekanik

real-time Echoencephalography
Th. 1970an
Pencitraan real-time Scan-conversion Gray-

scale Linear and phased arrays Commercial

array system Puked wave Doppler
Th. 1980an
Pencitraan aliran berwarna Wideband and

spesialized transducer
Th. 1990an
Sistem digital Pencitraan harmonik
Th. 2000an
pencitraan 3 D

Handheld 2 D array for 3 D imaging
Sumber : Thomas L. Szabo, 2004
B.     Manfaat Ultrasonografi (USG)
Manfaat dari ultrasonografi adalah untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak, melihat janin di dalam rahim ibu hamil,  melihat pergerakan serta perkembangan sebuah janin, mendeteksi perbedaan antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, yang tidak dapat dilakukan oleh sinar x, sehingga mampu menemukan tumor atau gumpalan lunak di tubuh manusia. 
Selain manfaat di atas, ultrasonografi dimanfaaatkan untuk memonitor laju aliran darah. Pulsa ultrasonik berfrekuensi 5 – 10 MHz diarahkan menuju pembuluh nadi, dan suatu reciever akan menerima signal hamburan gelombang pantul. Frekuensi pantulan akan bergantung pada gerak aliran darah. Tujuannya untuk mendeteksi thrombosis (penyempitan pembuluh darah) yang menyebabkan  perubahan laju aliran darah.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi lebih aman dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan sinar-x (sinar Rontgen) karena gelombang ultrasonik yang digunakan tidak akan merusak material yang dilewatinya sedangkan sinar x dapat mengionisasi sel-sel hidup. Karena ultrasonik merupakan salah satu gelombang mekanik, maka  pemeriksaan ultrasonografi disebut pengujian tak merusak (non destructive testing) . Aplikasi gelombang bunyi dalam bidang kedokteran  yang lain adalah penggunaan ultrasonografi  untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak. Selain itu, ultrasonografi dapat mengukur kedalaman suatu benda di bawah permukaan kulit melalui selang waktu dipancarkan sampai dipantulkan kembali gelombang ultrasonik.
Adapun manfaat USG pada pemeriksaan kendungan sesuai usia kehamilan :
Trimester I :
§      Memastikan hamil atau tidak.
§      Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
§      Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
§      Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II :
§      Melakukan penapisan secara menyeluruh.
§      Menentukan lokasi plasenta.
§      Mengukur panjang serviks.
Trimester III :
§      Menilai kesejahteraan janin.
§      Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
§      Melihat posisi janin dan tali pusat.
§      Menilai keadaan plasenta.

C.     Komponen dalam Mesin Ultrasonografi (USG)
Pada prinsipnya, ada tiga komponen mesin USG. Pertama, transduser, komponen yang dipegang dokter atau tenaga medis, berfungsi mengalirkan gelombang suara dan menerima pantulannya dan mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik. Kedua, monitor, berfungsi memunculkan gambar. Ketiga, mesin USG sendiri, berfungsi mengubah pantulan gelombang suara menjadi gambar di monitor. Tugasnya mirip dengan central proccesing unit (CPU) pada komputer personal.

2.1 Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik dengan frekuensi di atas 20 kHz. Gelombang ini dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas, hal disebabkan karena gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi sebagai interaksi dengan medium yang dilaluinya.






Gambar 2.2 Rentang frekuensi gelombang akustik
(a) Acoustic spectrum dan (b) medical ultrasound spectrum.
2.2 Karakteristik Ultrasound
Perambatan gelombang ultrasonik dalam medium disebabkan oleh getaran bolak-balik partikel melewati titik keseimbangan searah dengan arah rambat gelombangnya. Maka, gelombang bunyi lebih dikenal dengan gelombang longitudinal. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang suara dengan frekuensi di atas 20 kHz. Frekuensi ultrasonik yang digunakan untuk diagnosis berkisar 1 sampai 10 MHz [6 dan 7]. Jika gelombang ultrasonik merambat dalam suatu medium, maka partikel medium mengalami perpindahan energy[13]. Besarnya energi gelombang ultrasonik yang dimiliki partikel medium adalah jumlah energi potensial (Joule) dan energi kinetik (Joule).
Interaksi gelombang ultrasonik dengan jaringan mempengaruhi sinyal yang diterima oleh receiver. Ini disebabkan oleh gelombang ultrasonik mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh suatu medium. Ketika medium yang berdekatan memiliki impedansi akustik yang hampir sama, hanya sedikit energi yang direfleksikan. Impedansi akustik memiliki peran menetapkan transmisi dan refleksi gelombang di batas antara medium yang memiliki impedansi akustik yang berbeda. Peristiwa hamburan yang terjadi ketika gelombang ultrasonik berinteraksi dengan batas antara dua medium. Jika batas dua medium relatif rata, maka pulsa ultrasonik dapat disebut dengan specular reflection (seperti pemantulan pada cermin) dimana semua pulsa ultrasonik akan dipantulkan ke arah yang sama. Permukaan yang tidak rata menyebabkan gelombang echo dihamburkan ke segala arah. adanya peristiwa penghamburan (scattering) dan penyerapan (absorption) menyebabkan gelombang suara yang merambat melawati suatu medium mengalami adanya suatu pelemahan intensitas (Atenuasi) [7]. Ketika gelombang ultrasonik melalui dua medium yang berbeda dengan sudut tertentu maka gelombang ultrasonik mengalami refraksi atau perubahan arah gelombang ultrasonik yang ditransmisikan pada batas antara medium yang berbeda disaat berkas gelombang tidak datang tegak lurus terhadap batas jaringan.
2.3 Pencitraan Ultrasonografi
Pada ultrasonik, citra yang dihasilkan melalui berkas suara yang direfleksikan. Berkas gelombang yang dipancarkan tidak memperbesar formasi citra, tapi transmisi yang cukup kuat menghasilkan gema yang dalam. Prosentase suara yang direfleksikan di antara muka jaringan tergantung pada impedansi. Apabila gelombang ultrasonik mengenai permukaan antara dua jaringan yang memiliki perbedaan impedansi akustik, maka sebagian dari gelombang ultrasonik ini akan direflesikan/dipantulkan dan sebagian lagi akan ditransmisikan/diteruskan. Pulsa yang mengenai organ akan direfleksikan dan ditangkap oleh receiver untuk diolah menjadi citra.
Ultrasonik bekerja dengan cara memancarkan gelombang suara frekuensi tinggi ke tubuh pasien melalui transduser. Gelombang suara ini menembus tubuh dan mengenai batas-batas antar jaringan, seperti antara cairan dan otot, antara otot dan tulang. Sebagian gelombang suara ini dipantulkan kembali ke transduser, sebagian lain terus menembus bagian tubuh lainnya sampai kemudian juga dipantulkan. Gelombang-gelombang suara pantulan ini ditangkap kembali oleh transduser dan diteruskan ke mesin ultrasonik, yang akan menghitung berapa jarak jaringan pemantul dengan probe berdasarkan kecepatan suara di dalam jaringan. Lalu mesin ultrasonik menampilkan pantulan gelombang suara itu di layar dalam bentuk sinyal. Hasil pantul (echo) dari gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser yang mengubah gelombang akustik ke sinyal elektronik untuk diolah dan ditam pilkan.



Pencitraan USG ada dalam berbagai citra dasar, diantaranya Amplitudo mode (A-mode).





Gambar 2.3 Proses A-mo de.
Gambar 2.13 menjelaskan proses terbentuknya A-mode, pantulan pertama terjadi sebagai pulsa yang dikirim oleh
transmitter. A-mode display digunakan untuk menggambarkan hubungan amplitudo pulsa echo dengan kedalaman jaringan tubuh.
Yang kedua Brightness mode (B-m ode) adalah mode dimana gelombang echo dan amplit udo sebagai warna. Warna menyesuaikan dari amplitudo. (hitam, putih, abu-abu). Mode ini dipergunakan di sonography. Dalam ultrasound B-mode, satu array linear da ri transducers secara simultan menscan satu benda melalui tubuh yang dapat dipandang sebagai suatu gambar du a dimensional pada layar.




Gambar 2.4 Citra B-mode.
Yang ketiga adalah M-mode singkatan dari Motion mode dimana amplitudo dan frekuensi saling berganti pada sumbu XY. Diagram ini biasanya khusus untuk detak jantung. Diagram ini sering terlihat dengan B-Mode. M-mode ultrasound dijadikan untuk penggunaan tertentu dalam membelajari detak jantung.


Gambar 2.5 Citra M-mode.
Secara lebih jelas gambar berik ut menggambarkan perbedaan ketiga dasar pencitraan USG tersebut.




Gambar 2.6 Pencitraan U ltasonografi.
3.    Perancangan Sistem
1  Perangkat Keras
PC pada awalnya masih dipergunakan untuk keperluan menelaah proses dengan p enyimpanan data dan penempatkan proses data dengan peningkatan citra. Sistem sudah bisa menyimpan, dikirimkan, dan menampilkan citra ultrasound melalui komputer, dimana sistem ini masih menggunakan analog pendigitan citra ultrasound secara off-line. Perkembangan ini memud ahkan penggabungan ke dalam sistem ultrasound berbasis perangkat lunak waktu riil. Dalam sistem perangkat keras berbasis PC dibutuhkan akuisisi data dan tranduser. Untuk akuisisi data dalam penelitian ini penulis memakai PCI-9812/10. Gambaran PCI-9812/10 bisa dilihat seperti dibawah ini, Disain kinerja yang tinggi dan tekhnologi “ stat e-of-the-art” menjadikan kartu ini ideal untuk aplikasi DSP, FFT, digital filtering, dan image processing







Gambar 3.1 gambar lay-out PCB PCI-9812/10.
Transduser merupakan suatu komponen dari sistem ultrasonik yang berhubungan la ngsung dengan tubuh pasien. Transduser memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan pulsa ultrasonik dan menerima atau mendeteksi echo yang kembali. Dalam konteks ultrason ik medis transduser yang digunakan akan mengacu kepada transduser ultrasonik yang digunakan untuk mengubah sinya l akustik menjadi sinyal listrik dan sinyal listrik menjadi s inyal akustik. Transduser terdiri dari satu atau lebih element piezoelektrik. Ketika suatu pulsa elektrik bekerja pad a element piezoelektrik, maka piezoelektrik akan bervi brasi dan menghasilkan gelombang ultrasonik. Dan seb aliknya, ketika element piezoelektrik bervibrasi akan dipan tulkannya pulsa echo.
Pada penelitian awal untuk seimul asi data sinyal input citra menggunakan Ultrasonic Thickn ess Twin Compression CDF sebagai percobaan
(a)      Linear        (b) Phased      (c) Curvilinear
Gambar 32 Tipe tranduser 2D Ultrasound.




Gambar 3.3  Twin Compression CDF—Protective Membran            e.
3.2 Sistem Perangkat Lunak
Software atau perangkat lunak ultrasound dikembangkan pada lingkungan berbasis windows. Sebagai core sistemnya peneliti menggunakan Matlab sebagai antarmukanya. Matlab untuk pengolahan sinyal, pengolahan matrik, visualisasi, dan kontrol.

3.3 Algoritma Perancangan Ultrasonnografi Ultrasnografi merupkan bagian dari tomografi. Istilah Tomografi berasal dari bahasa Latin “tomos” yang ar tinya irisan dan “graphia” yang berarti penggambaran. Tom ografi adalah penggambaran irisan-irisan (sections) dari suatu benda (mis. Tubuh manusia), tanpa secara fisik mengiris benda tersebut. Prinsip dasar dalam tomografi adalah melakukan rekonstruksi citra irisan berdasarkan citra proyeksinya. Hal ini dimungkinkan oleh transformasi Radon. Perbedaan utama dari berbagai teknik tersebut diatas adalah penggunaan gelombang pengindera. Sedangkan persamaan utamanya adalah teknik rekonstruksi yang didasarkan pada proyeksi, terkecuali untuk ultrasonografi dimana USG menggunakan pendekatan Refleksi ultrasound dalam proses pencitraannya.
Sonografi medis (ultrasonografi, USG) adalah suatu teknik pencitraan/imaging menggunakan bunyi ultra (ultrasound) untuk memvisualisasikan otot, organ tubuh bagian dalam, menentukan ukuran, struktur organ tubuh dan kemungkinan adanya jaringan yang rusak (lesions).






Dari kompleksitas proses ditas, peneliti hanya mengambil hasil dari akusisi data berupa A-mode dan dari bentuk sinyal A-mode inilah yang nanti akan peneliti olah menjadi citra B-mode. Sebagi ilustrasi bisa digambarkan sebagai berikut :




Gambar 3.5 Konfigurasi citra B-Mode[15].
B–mode mengacu kepada tingkat kecerahan obyek pantul . Pada umumnya tingkat kecerahan dari titik sebanding dengan amplitudo sinyal echo. Penampil B–mode digun akan untuk M–mode dan pencitraan gray–scale 2D. B–mode merupakan bagian utama pencitraan ultrasonografi, dimana variasi dari intensitas dan kecerahan mengindikasikan perbedaan amplitudo sinyal yang dipantulkan.
Tahapan – tahapan perancangan dapat dijelaskan seca ra singkat seperti berikut :
Konversi citra sinyal A-mode, merubah citra sinyal ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam data numerik.
Load  data  file  library,  tahap  ini  bertujuan  untuk membuka   data   dari   simulasi   A-mode   yang   telah disimpan berupa data numerik/angka  dalam bentuk file .txt/librari.
 Mereduksi data sinyal transmisi, mereduksi data sinyal bertujuan untuk menghilangkan sinyal transmisi yang muncul di awal sinyal A–Mode, sehingga jika sinyal A– Mode dicitrakan, sinyal transmisi tidak ikut serta dalam citra yang dihasilkan. Proses ini dilakukan dengan memberikan filter band pass yang kemudian sinyal keluaran di envelope sehingga didapat sinyal positif dan berupa data sinyal puncak, kemudian di kompresi secara logaritmik sehingga sinyal-sinyal yang tidak dibutuhkan terbuang sehingga menghasilkan sinyal data yang diharapkan saja.
Penguatan sinyal, penguatan bertujuan untuk memperkuat sinyal echo yang diterima transducer. Sinyal echo perlu dikuatkan karena, sinyal echo yang diterima oleh transducer akan semakin kecil seiring dengan semakin jauhnya jarak dari permukaan transducer.
Menampilkan citra, pada tahapan akhir inilah diperoleh citra B– Mode dengan menggunakann proses rekonstruksi yang komplek sebelum



Peralatan Yang Digunakan
1.      Transducer
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiV8HK8Yip5E61p-E1HpsrrJ6c31YWjSRkKhdu8xwAyYlAAiV-XIpVOPyvcKiQ9-CMQfITYf_MXifUkR64nGBUzMDP3dvcKgXKBR6ZAUYm7jCMUmo5S2Hzlg-e0F73vztb4q_exYRA5sJNf/s1600/1..pngTransducer adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transducer terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transducer. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
Transducer adalah alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus sebagai recevier     (penerima). Dalam fungsinya sebagai pemancar, transducer merubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran suara berfrekuensi tinggi. Fungsi recevier pada transducer merubah energi mekanik menjadi listrik.
2.      Monitor yang digunakan dalam USG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEV4pwAgMMrxJjLrZeo-dmntsY7uw1XHwsCy105oLjIBGq8sv7Lgce1MrcqzF8xx63mhnW2iCAk8nI_uz0852Rmq_zmqAzXexvyLPkC3ra8lbEt72zmzlmnH8LkjCWsYvDh-ATYnufguoi/s1600/3..pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyWtO9i_ssURK3edAagEDExZk63AuRFeX81sXON5jNR6YiVDcvQjTiDxHIGkRIPvivZFNiin-esZukMXsYLyZuQYCJuTzqGBYY6H_dDILeb5cQnU5GsXTns3T7PdCjRdIpT_zr5uyMpOSB/s1600/2..png


3.      Mesin USG                                   

Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.

Sonograph
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCIKzDAxCisDpz0m1i8-AlbRdDXrbduGlWaVc9h5G4-FD74XF6J_1YC_ybK8XoFCnDtzvxoQXcFP0mXWoEDorM-5NdbivCIdoAwSJC9Qbj7ZDoHaiVkjXTWBbxOK3Qe1wvznSwOfdd8wvW/s1600/4..pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSjTHVcnMEPVYaueNs_dY1ojyDEZIrSOvOuW1wlhfKuklFYL-jlaXmPYfjokqfIu56i-51bKLPhEgWIuXRmwMdXDH34gdLhIweyLzQ0YO48uRct_vsdrxQEQh_40_MEqBif3F6227cVcD7/s1600/5..png

Adapun komponen USG selain tiga komponen di atas yaitu :
·         Pulser adalah alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untuk merangsang kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasonik.
·         Tabung sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambaran ultrasound. Pada tabung ini terdapat tabung hampa udara yg memiliki beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.
·         Printer adalah alat yang digunakan untuk mendokumentasikan gambaran yang ditampilkan oleh tabung sinar katoda.
·         Display adalah alat peraga hasil gambaran scanning pada TV monitor.

D.    Prinsip Kerja Alat Ultrasonografi (USG)
Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.
Pantulan gema yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transducer dan akan ditangkap oleh transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgY880eMgHeyaB4mCefegbrTu3nTNBWd5Rwe_dzhwoUOOszB6EEEvqZept8imTmyjI1ofz5if0j-SJ5NzF0Vxs4NtQI0xdzppsRcHYkNZHAGdhDKL8_P4E_SnAV2q7sCM0jGFq8DPBac3vJ/s1600/6..png
Diagram Prinsip Dasar USG

E.     Jenis Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

1)      USG 2 Dimensi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOneVSStVaSH45ZfYD5grI8f9Bb-uGgH7xvYUm7X2-2bryAXrZyjObtKzPyzapU67EhSZDWOKuQBiGQmoQgs01_5bAKx1DchM3jBGE9C6jgln8ArC7se2w-0Ng3NrmC_SpG-CR67vWwsCz/s1600/7..png
 Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.



2)      USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).

3)      USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4)      USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
·         Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
·         Tonus (gerak janin).
·         Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
·         Doppler arteri umbilikalis.
·         Reaktivitas denyut jantung janin.

F.      Kelemahan dan Kelebihan Ultrasonografi (USG)
Berikut adalah kelemahan dan kelebihan Ultrasonografi yaitu:
     Kelemahan:
¨     Dapat ditahan oleh kertas tipis.
¨     Antara tranducer (probe) dengan kulit tidak dapat kontak dengan baik (interface)    sehingga bias terjadi artefak sehingga perlu diberi jelly sebagai penghantar ultrasound.
¨     Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara akan dihamburkan.
¨     Tidak 100% akurat
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
o   Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
o   Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau / daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
o   Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
o   Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
o   Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
o   Air ketuban sedikit.
o   Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.
     Kelebihan:
¨     Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan memberi hasil yang cepat.
¨     Bersifat non invasif (tidak terjadi efek samping) sehingga dapat dilakukan pula pada anak-anak. Aman untuk pasien dan operator, karena tidak tergantung pada radiasi ionisasi.
¨     Memberi  informasi dengan batas struktur organ sehingga memberi gambaran anatomis lebih besar dari informasi fungsi organ.
¨     Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditentukan bentuk, ukuran, posisi, dan ruang interpasial.
¨     Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interaksi dengan gelombang suara.
¨     Dapat mendeteksi struktur yang bergerak seperti pulsasi fetal
¨     Dapat juga mendeteksi kanker payudara.







Etika USG menurut kode etik kedokteran :
  • Penggunaan teknik biomedik dalam ultrasonografi (USG) sebagai alat bantu diagnostic telah nyata manfaatnya dalam praktek kedokteran. Peningkatan peralatan telah mengakibatkan penggunaan USG yang luas. Bersamaan dengan ini harapan yang baik dari pihak pasien maupun dari pihak dokter, dalam penggunaan alat bantu diagnostic ini sangat meningkat, terutama sehubungan dengan aplikasinya yang tepat.
  • Tanggapan dari segi hokum, etik, dan ekonomi telah terdengar dari kelompok-kelompok yang bertanggung jawab terhadap dikenalkannya, dikembangkannya, dan dipergunakannya alat itu sebagai  alat bantu diagnostic secara luas.
  • Perawatan yang mahal, tanpa didukung spesialis yang trampil dalam menggunakan alat-alat tersebut, adalah penghamburan uang sama halnya dengan kemampuan membuat diagnosis yang sangat banyak komplikasinya, tetapi tidak ada ahli klinik atau sarana yang dapat menolong atau mengobati pasien.
Permasalahan seputar penggunaan alat USG :
  • Tidak adanya sarana pemeriksaan dengan USG yang menurut standar pengobatan telah  menentukan bahwa dalam kasus-kasus tertentu USG harus dipergunakan sebagai alat bantu diagnostic.
  • Penggunaan alat USG mengakibatkan tidak terdiagnosisnya. Timbulnya kasus negative palsu akibat ketidakmampuan pemeriksaan dalam pemakaian USG.
  • Ketidakmampuan menerangkan. Baik kepada dokter yang meminta maupun si penderita, mengenai kelainan yang sudah ditemukan oleh si ahli USG.
  • Suatu interpretasi yang berlebihan tehadap sebuah gambah USG sehingga kelainan ini mengakibatkan hal yang negative (kerugian).
Pembahasan issue etik penggunaan USG secara rutin :
  • Etika dasar pembenaran untuk program penapisan secara umum menggunakan asas manfaat.
  • Pasien bebas untuk memilih jenis dari perawatan yang dianjurkan atau memilih jenis tes sebelum melahirkan.
Beberapa pendapat tentang pemeriksaan rutin USG :
  • Kehamilan bisa diakhiri juka ditemukan kelainan pada janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengan janin dan hasilnya sedikit sekali bayi yang lahir dengancacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,cacat bawaan atau penyakit gen (Brock et al, 1978; Luck,1992).1992).
  • Para ibu mengharapkan bayinya tidak ada masalah serius tentang pertumbuhannya dan memperoleh perawatan secara antenatal secara tepat (Luck, 1992).

  • Penegasan usia kehamilan dari janin dengan menggunakan USG untuk memperoleh janin yang baik hingga mengurangi resiko post matur dan prematurehingga mengurangi resiko post matur dan premature karena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etkarena waktu induksi kelahiran lebih akurat (Bennett etal, 1982).al, 1982).
  •  Taksiran usia kehamilan dari janin pada trimester pertama dan kedua pada kehamilan melalui screening untuk masalah pertumbuhan janin akan dimonitor keakuratannya. Untuk memastikan bahwa resiko pertumbuhan janin akan segera ditemukan pada tahap awal, terutama pada kehamilan kembar. Paternalisme dan keamanan praktek praktek.
  • Profesi kesehatan dan atau bidan mempunyaitugas untuk memberikan nasehat pada ibu hamil tentang apa yang bisa menimbulkan konflik antara ibu hamil dengan yang mereka tentang apa yang dijalani petugas.
  • Menurut pendapat professional bahwa minat ibu Untuk menolak USG bukan persfektif yang sehat tapa yang mungkin mereka (petugas) pertimbangkan dalam keselamatan praktek tidak sesuai dengan yang mereka putuskandan dokter harus menghormati keputusan itu.
  • Petugas yang belum mahir dalam mempraktekkan USG dapat menimbulkan keraguan pada klien, untuk itu disusun panduanpemeriksaan USG.
Manfaat dari etika medis
  • Keputusan dokter harusnya melihatdari Hipocrates pada abad ke-4 sebelum masehi, namun sangat sulit pada prakteknya. Pada waktunya akan sulit memutuskan apa yang baik bagaimana perawatan yang dilakukan dan bagaimana melindungi si ibu dari bahaya.Kenyataannya mengundang ibu hamil untuk ikut serta dalam pemeriksaan bisa menyebabkan kegelisahan, untuk itu kegelisahan harusdiprioritaskan. Hal ini merupakan dilemma bagi para professional.
Pendapat Tentang Penggunaan USG Rutin pada kehamilan:
  1. Menurut medis
  • Alat bantu membuat diagnosis padakehamilan.
  • Monitoring tumbuh kembang janin secara jelas.
  • Sebagai deteksi dini kelainan pada kehamilan beresiko dan penanganan awal bila terjadi kondisi abnormal pada janin atau ibunya.
  • Klien yang datang untuk memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan & kebidanan mengharapkan pemeriksaan pemeriksaanyang lengkap dengan USG.



  1. Pendapat menurut Bidan.Pendapat menurut Bidan.
  • Berdasarkan falsafah bidan, bahwa kehamilan dan persalinan adalah suatukeadaan yang fisiologis sehingga tidak perlu USG rutin pada kehamilan kecuali ada indikasi yang jelas secara medis.
  • Pemeriksaan USG yang tidak berdasarkan indikasi medik merupakan pelanggaran etika.
  • Pemeriksaan USG yang rutin akanmenimbulkan kerugian secara material karena relatip mahal dan adanya gangguan psikologis pada klien bila ditemukan kelainan atau keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya (jenis kelamin).
  • Pemeriksaan USG bisa merugikan pasien(klien) bila dilakukan oleh dokter/operator(klien) yang tidak terlatih.
  • Pemeriksaan USG bukan kompetensi bidan.
  • Pemeriksaan USG yang salah akan meningkatkan angka abortus.

  1. Pendapat Menurut Klien dan MasyarakatPendapat Menurut Klien dan Masyarakat
  • Bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah menganggap pemeriksaan USG mahal.
  • Merasa ada kebanggaan tersendiri ,senang,yakin dan tenang dapat melihat janin dengan pemeriksaan USG oleh dokter.
  • Kadang membingungkan klien bila hasil pemeriksaan USG berbeda karena sonographer yang berbeda sehingga membutuhkan second opinion.
  • USG sebagai alat modern dan canggih.
  • Masih ada sebagian masyarakat yang takut untuk diperiksa USG karena tidak siap bila ditemukan kelainan pada kehamilan.
  • Ibu hamil akan terganggu secara psikologis bila diketahui ada kelainan pada kehamilannya.
Sikap Bidan Terhadap Issue Etik Penggunaan USG
  • Dalam menjalankan tugas harus sesuai kode etik dan standar profesi juga peraturan perundang-dan standar profesi juga peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • Bidan senantiasa memberikan informasi yang jelas mengenai pengunaan USG kepada klien.
  • Bidan dalam menjalankan otonomi kliniknya senantiasa selalu membuat keputusan yang etis dan professional serta mendukung klien untuk professional serta mendukung klien untuk mengambil keputusan yang tepat sehinggamenguntungkan klien.
  • Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dan dilandasi komitmen yang kuat dengan basis etik dan moral yang baik.
  • Bidan senantiasa melakukan komunikasi yang baik dengan kiien sehingga hubungan tetap terjalin baik antara bidan dan klien.



BAB III
PENUTUP
Ø Tekhnologi USG diharapkan memberi solusi terhadap salah satu permasalahan bangsa ini dalam bidang medis. Dan dengan adanya upaya perancangan dan pengembangan tekhnologi ini akan mengurangi dampak sosial dan ekonomi, akibat semakin mudah dan murahnya penggunaan tekhnologi USG di Indonesia umumnya. Melalui penelitian ini, pengembangan perangkat lunak untuk sistem USG berbasis PC dihasilkan :
1)      Visualisasi USG dilakukan beberapa tahap (rekonsruksi), dengan menggunakan RF data sebagi file input yang didapat dari dokumen Siemen (Sonoline Antares USG system), sehingga pengembangan perangkat lunak ini mengacu pada script dan perangkat Siemen tersebut.
2)      ada penelitian ini peneliti hanya menggunakan RF data sebagai input visualisasi citra namun masih bisa dikembangkan dengan jenis file data dan perangkat USG lain .
3)      Proses visualisasi belum secara real time karena menggunakan file sebagai inputnya (dalam hal ini sudo real time), visualisasi bisa dalam bentuk citra B-mode (frame tunggal) dan juga Video (multi frame).
4)      Visualisasi juga memberikan analisa terhadap proses rekonstruksi secara proses citra line data dari RF data, baik dengan perubahan karakter dari sinyal input ataupun tidak. Untuk proses analisa pengguna dapat memilih posisi line data pada frame layer yang dianalisa.
5)      Hasil visual citra dalam bentuk scan convertion dapat disimpan dalam format gambar (extention .jpg) dan juga dicetak (print).
6)      Hasil visualisasi yang ditampilkan bisa dikarakterisasi dengan memilih penggunaan filter (IIR dan FIR) ataupun tidak, dan juga menentukan penggunaan lowpass filter ataupun highpass filter serta menentukan perubahan kondisi nilai cut-off kedua filter tersebut.
7)      Perubahan filter order akan cukup menentukan hasil citra yang divisualkan, pada nilai pangkat tertentu dengan karakteristik filter yang berbeda akan mendapatkan citra yang baik ataupun sebaliknya.
Dengan adanya komponen antarmuka visual yang jelas ini akan memudahkan penggunaannya dalam analisa citra dan untuk kedepan.


Ø Saran   :
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebihbaik.




DAFTAR PUSTAKA
1)      Agung Alfiansyah, Workshop on Medical Image Processing, Submit, 11/24/2008, diunduh 20 februari 2010 dari Website dikti.org.http://www.dikti.org/?quicktabs_1=2#quicktabs-1
2)      Kalamullah Ramli, et.al. Pengembangan Perangkat Lunak Untuk Akuisisi data, Visualisasi dan Analisis Citra Ultrasonografi Berbasis Open Source, Bahan Presentasi proposal peneltian kerjasama UI, BPPT dan Edwar Technology, 2009, pp 3.
3)      Thomas L. Szabo, Diagnostic Ultrasound Imaging : Inside Out. Academic Press Series in Biomedical Engineering, 2004.
4)      Bueche R. J., Introduction to Physics for Scientists and Engineers, New York: Mc Graw-Hill, 1986, pp 50-56.
5)      William D. O’Brien. (2007). Review Ultrasound – biophysics mechanisms. Journal Science Direct, Progress in Biophysics and Molecular Biology. 93 (2007) 214–216.
6)      Pauly H, Schwan P. Mecanism of absorbtio of ultrasound in liver tissues. J Acoust Soc Am 1971;2: pp 692-699.
7)      Parker KJ. Attenuation measurement uncertainties caused by spekle statistics. J Acoust Soc Am 1986:80:pp 727-734.
8)      Jerrold T Bushberg, et.al., The Essential Physics of Medical Imaging, Chapter 16 : Ultrasound (2nd ed.). Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
9)      Sook Kien Ng, Ultrasound Imaging, bahan presentasi, diunduh 29 April 2010,
10)  Doppler Ultrasound , Bahan presentasi, diunduh pada 10 April 2010 dari : http://fygo.dk/files/ukursus/Ultrasound%20Doppler.pdf .
11)  Alejandro Frangi, Introduction to Biomedical Imaging, Bahan presentasi Computational Imaging Lab, Department of Information & Communication Technology, pp 14, diunduh, 5 mei 2010 dari web Pompeu Fabra University,
12)  NuDAQ PCI-9812/10 20MHz Simultaneous 4-CH Analog Input Card, Users’ Guide, ADLINK Technology Inc, 2003, pp 1, 9.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN TERKAIT KASUS "ABORSI" YANG ADA DI INDONESIA

MAKALAH MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA DALAM PENINGKATAN  MUTU PELAYANAN KEBIDANAN TERKAIT KASUS ABORSI YANG ADA DI INDONESIA Mata Kuliah : Mutu Layanan Kebidanan Kebijakan Kesehatan DOSEN PENGAMPU Rizka Ayu Setyani, SST M.PH DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 8                   1.       Srigita Dewiyana H. (16140074)                   2.       Septi Ratnasari         (16140043)                   3.       Efriyanti                   (16140116)                   4.       Kusnul Khotimah     (16140107) Kelas B 1 3 1 SEMESTER GANJIL/III PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 KATA PENGANTAR             Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah yang berjudul ABORSI ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan

MAKALAH SKRINING HIV

TUGAS  MUTU PELAYANAN KEBIDANAN SKIRING HIV Dosen pengampu : Rizka Ayu Setyani , SST.MPH   Disusun Oleh: Kelompok 9 : Ni  luh eka  f ebriyanti ( 161400 52 ) siziz nahdiatus sholikha h ( 16140044 ) Astri dian febriani ( 16140931 ) Febiana Laluur ​ ( 16140004 ) UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN TAHUN 2016/2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas tuntunan dan penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi tentang “ teori skrining HIV ”. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Riska Ayu Setyani, SST.MPH, selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami, guna menambah wawasan kami 2. Orang Tua dan saudara-saudari semua yang telah mendukung kami 3. Teman-teman, dan rekan semua yang telah memberikan semangat kepada kami    4. Dan semua pihak yang telah memberikan dukung

MASALAH ETIK BAYI TABUNG MUTU DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

MASALAH ETIK BAYI TABUNG MUTU DALAM PELAYANAN KEBIDANAN Disusun Oleh        : 1.         Fitriana Sindi                         16140012 2.         Maya Sari                               16140025 3.         Angelia Boru Damanik          16140026 4.         Dwi Ayu Pamungkas             16140065 Kelas                     : B.13.1 Kelompok             : 3 ( Tiga ) UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK 2017/2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya yang telah memberikan kekuatan serta kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini adalah “Masalah Etik Bayi Tabung” Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan baik segi isi maupun bahasannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini.