Langsung ke konten utama

MAKALAH SKRINING HIV

TUGAS MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
SKIRING HIV
Dosen pengampu : Rizka Ayu Setyani, SST.MPH
 






Disusun Oleh:
Kelompok 9 :
Ni luh eka febriyanti (16140052)
siziz nahdiatus sholikhah (16140044)
Astri dian febriani (16140931)
Febiana Laluur(16140004)


UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2016/2017





KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas tuntunan dan penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi tentang “teori skrining HIV”. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Riska Ayu Setyani, SST.MPH, selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami, guna menambah wawasan kami
2. Orang Tua dan saudara-saudari semua yang telah mendukung kami
3. Teman-teman, dan rekan semua yang telah memberikan semangat kepada kami   
4. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan penuh dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari sungguh bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman-teman dan saudara-saudari pembaca sekalian. Akhirnya, semoga makalah dengan judul “SKRINING HIV” ini, dapat berguna dan bermanfaat bagi kalian semua para pembaca.


Yogyakarta, 18 November 2017

Penulis 








DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
Latar belakang................................................................................................4
Rumusan masalah...........................................................................................5
Tujuan penulisan.............................................................................................5
Manfaat penulisan...........................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................6
Pengertian dari HIV........................................................................................6
Pengertian dan SKRINING.............................................................................6
Manfaat SKRINING HIV................................................................................7
Peran Pemerintah dalam screening HIV/AIDS.............................................7
Dilemah dalam program sreening HIV/AIDS...............................................7
Etika atau Norma Screening HIV/AIDS.......................................................8
Kode Etik Bidan terhadap Skreening HIV/AID...........................................8
KESIMPULAN.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................9




BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada beberapa tahun terakhir telah tercatat kemajuan dari pelaksanaan program pengendalian HIV di Indonesia.Berbagai layanan HIV telah berkembang dan jumlah orang yang memanfaatkannya juga telah bertambah dengan pesat.Walaupun data laporan kasus HIV dan AIDS yang dikumpulkan dari daerah memiliki keterbatasannamunbisa disimpulkan bahwa peningkatan yang bermakna dalamjumlah kasus HIV yang ditemukan dari tahun 2009 sampai dengan 2012 berkaitan dengan peningkatan jumlah layanankonseling dan tes HIV (KTHIV) pada periode yang samaNamun demikian kemajuan yang terjadi belumerata disemua provinsi baik darsegi efektifitas maupun kualitas.Jangkauan dan kepatuhan masih merupakan tantanganbesar terutama di daerayang jauh dan tidak mudah dicapai .
Pada tahun 2014 dilaporkan 32.711 kasus HIV baru,sehingga sampai dengan Desember 2014 secara kumulatiftelah teridentifikasi 160.138 orang yang terinfeksi HIV,  meskipun sudah banyak yang  meninggal. Jumlah layanan yang  ada hingga tahun 201meliputi 1.583 layananKTHIV, 465 layanan perawatan, dukungan dan pengobatan(PDP) yang  aktif melaksanakan pengobatan ARV,  90layanan PTRM, 1.290 layanan IMS dan 214 layanan PPIA.Dari hasil  modelinprevalensHIV secara nasional sebesar 0,4% (2014)tetapi untuk Tanah Papua 2,3%(STBP Tanah Papua 2013). Perkiraan prevalensi HIV di provinsi-provinsi di Indonesicukup bervariasi, berkisarantara kurang dari 0,1sampai 4% .Hal ini menunjukkanbahwa tingkat risiko infeksi HImaupun beban terkaitHIV ini berbeda di antara provinsi-provinsi di IndonesiaModel  matematika  dari  epidemi  HIV di  Indonesi(Asian Epidemic Model, 2012menunjukkan terjadipeningkatan kasus pada kelompok LSL dan wanita umusedangkan di PapudaPapua Barat terjadi peningkatan kasupada  populasi umum Seperti   diketahui   bahwa  infeksi   HIV   merupakan   penyakit   kronis   yang   dapat dikendalikan dengan pemberian obat ARV seumur hidup.Oleh karena itu diperlukan layanan yang mudah dijangkauuntuk mejaga ketersinambungan perawatan dan pengobatanpasien.
Layanan ini pada awalnya hanya tersedia di rumahsakit rujukan ARV saja. Ketersediaan layanan perludiperluas hingga ke tingkat puskesmas atau puskesmas pembantubahkan  polindes/poskesdes terutamuntuk  daerah dengan beban HIV yang besar seperti Papua danPapua Barat serta daerah dengan geografi sulit danmemiliki sumber daya terbatas (daerah tertinggal,perbatasan dan kepulauan/ DTPK).
Dalam   upaya   memperluas   akses   layanan   bagi  ODHA,   Kementerian   Kesehatan menerapkan sistimLayanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB). LKB merupakan suatu model layanan terpadu yang melibatkansemua unsur layanan baik dari sektor kesehatan primer,sekunder hingga tersier dan layanan dari sektor laiyangterkait dengan kebutuhan ODHA, termasuk keterlibatan dari komunitas. LKB bertujuan untuk mendekatkan dan memperkuat sistim layanan kesehatan hingga menjamiketersediaan layanan komprehensif danberkesinambungan. Adapun yang dimaksud denganlayanan komprehensif   adalah   layanan   yang  mencakup   semua   kebutuhan   orang dengan HIV/AIDS (ODHA)  .

 
B. RUMUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari screening hiv
2. Mengapa perlu di lakukan hiv screening hiv
3. Apa peran pemerintah dalam screening hiv tersebut
4. Apa dilema dari program sreening hiv tersebut
5. Apa etik atau norma tentang screening hiv tersebut
6. Bagaimana Kode etik bidan, berhubungan dengan screening hiv dan tanggapan kelompok?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembuatan makala ini agar kami dapat lebih paham dan mengerti tentang screning HIV dan hubungan dengan pelayanan kebidanan
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makala ini, yaitu kami dapat memenuhi salah satu tugas mata kulia mutu pelayanan kebidanan








 
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Dari HIVHumaimmunodeficiencvirusVirus  yang memperlemah sistem kekebalan tubuh, dapadaakhirnya menyebabkan AIDS. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIVFIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
B. SKRINING
1. Pengertian
Skrining HIV adalah tes HIV anonim yang dilakukan pada sampel darah, produk darah, jaringan dan organ tubuh sebelum didonorkan. Tes HIV tanpa identitas yang dilakukan pada sampel darah, produk darah, jaringan dan organ tubuh sebelum didonorkan Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibody HIV di dalam sample darahnya. 
Hal ini perlu dilakukan setidaknya agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama menyangkut resiko dari perilakunya selama ini. Skrining HIV mempunyai makna melakukan pemeriksaan HIV pada suatu populasi tertentu, sementara uji diagnostik HIV berarti melakukan pemeriksaan HIV pada orang-orang dengan gejala dan tanda yang konsisten dengan infeksi HIV.
Upaya untuk menilai status HIindividu, apakah secara lansung  (tes HIV) atau secara tidak lansung  (seperti penilaian prilakberisiko, mengajukanpertanyaan tentang pengobatan) KTHIV menjadipendekatan utamdalam deteksi dini HILayanan tesHIV harus menjadi prosedur dalam setiap tindakanbedah/tindakan lainnya Penemuan kasus dapat dilakukan Faskes di tingkat puskesmas, pustu, polindes dan posyandu yang memiliki tenaga terlatisebagaibagian dari LKB tes HIV perlu dipastikan untukpenanganan rujukan PDP HIV.
Penawaran tes HIV di Faskes dapat dilakukan olehsemua tenagkesehatan melalui pelatihanKTIP.Penemuan kasus HIV pada daerah denganepidemi terkonsentrasi dilakukan pada pasien TB, pasien IMS, pasien Hepatitis dan Ibu hamil serta populasi kuncseperti pekerjsekspenasun, waria/transgender, LSL dan wargbinaan di rutan/lapas. Pada daerah dengan epidemi meluaspenemuan kasus dilakukan pada semua pasien yangdatang ke Faskes. Persetujuan untuk tes HIV dapatdilakukan secara lisan (verbal consent) sesuai denganPermenkes no. 21 tahun 2013. Pasien diperkenankanmenolak tes HIV. Jika pasien menolak, makpasiendiminta untuk menandatangani surat penolakan tessecara tertulis. Di daerah epidemi HIV meluas danterkonsentrasi, tes HIV wajib ditawarkan kepada semuaibu hamil secara inklusif pada pemeriksaanlaboratorium rutin lainnysaat pemeriksaan antenatalatau menjelang persalinan.
Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIVdiprioritaskan pada ibu hamil dengan Dengan demikian maka pasien yang terdeteksi sebagai ODHA akandidiagnosis dan ditangani lebidini dan optimal.
2. Manfaat Screening HIV
Sebenarnya, semakin cepat kita mengetahui status HIV kita, semakin banyak hal positif yang bisa kita lakukan dalam hidup ini. Banyak orang yang selama ini tidak menyadari resiko perilakunya terhadap kemungkinan tertular atau pun menularkan HIV, dan karena tidak segera menjalani tes HIV perilakunya tetap saja berisiko tinggi. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan kesadaran untuk menjaga kesehatan diri sendiri, pasangan maupun (calon) anak-anak .Secara umum tes HIV juga berguna untuk mengetahui perkembangan kasus HIV/AIDS serta untuk meyakinkan bahwa darah untuk transfusi dan organ untuk transplantasi tidak terinfeksi HIV.
Penemuan kasus baru secara rutin mempunyaikeuntungan sebagai berikut:
1. Penemuan   kasus   HIV   lebih   dini   meningkatkan   akses   perawatan   dan pengobatan yang memadaisehingga mengurangi perawatan di rumah sakit danangka kematian.
2. Pasien mendapatkan akses layanan lanjutan sepertiskrining TB, skrining IMS, pemberiankotrimoksasol dan atau INH, serta pengobatan ARV
3. Penurunan stigma dan diskriminasi karenamasyarakat akan melihat bahwa hal tersebutmerupakan kegiatan rutin
4. Meskipun demikian semua pemeriksaan HIV harusmengikuti prinsip yang telah disepakati secarglobal  yaitu komponen dasar yang disebut  5C” (informed consent, confidentiality, counseling,correct test result and connection/linked tprevention, care, and treatment services) yang tetapditerapkan dalam pelaksanaannya. Prinsipkonfidensial sesuai dengan Permenkes no. 21 tahun2013 pasal 21 ayat 3 berarti bahwa  hasipemeriksaan harudirahasiakan dan hanydapat  dibuka kepada :
1. yang bersangkutan
2. tenagkesehatan yang menangani
3. keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutantidak cakap
4. pasangan seksual dan
5. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Peran Pemerintah dalam screening HIV/AIDS
a) Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi secara nasional kegiatan program AIDS dan pelayanan bagi Odha
b) Penyelenggaraan dan pelaksanaan program dilakukan sesuai azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program.
c) Pemerintah berkewajiban menjamin tersedianya ARV maupun reagen pemeriksaan secara berkesinambungan.
d) Pengembangan layanan bagi Odha dilakukan melalui pengkajian menyeluruh dari berbagai aspek yang meliputi : situasi epidemi daerah, beban masalah dan kemampuan, komitmen, strategi dan perencanaan, kesinambungan, fasilitas, SDM dan pembiayaan. Sesuai dengan kewenangannya pengembangan layanan ditentukan oleh Dinas Kesehatan.
e) Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling yang memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain.

f) Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada Odha.
g) Keberpihakan kepada Odha dan masyarakat (patient and community centered); Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara komprehensif dengan juga mengupayakan penyembuhan dari ketergantungan  napza;
h) Penguatan dan pengembangan program diprioritaskan bagi peningkatan mutu pelayanan, dan kemudahan akses terhadap pencegahan, pelayanan dan pengobatan bagi Odha
i) Layanan bagi Odha dilakukan secara holistik, komprehensif dan integratif sesuai dengan konsep layanan perawatan yang berkesinambungan;
j) Pengembangan layanan dilakukan secara bertahap pada seluruh pelayanan yang ada sesuai dengan fungsi dan strata pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan sarana, tenaga dan dana;
k) Pencapaian target program nasional juga memperhatikan komitmen dan target internasional.
4. Dilemah dalam program sreening HIV/AIDS
a) Kurangnya Pemberdayaan dan koordinasi pada para pelaku utama, termasuk ODHA
b) Kurangnya Pertemuan berkala dan diskusi kasus dengan para pemangku kepentingan (stakes holder)
c) Minimya Mengembangkan prosedur tetap dan kriteria rujukan
d) Tidak adanya dukungan dan bimbingan pada perawatan di layanan kesehatan strata I (Puskesmas atau perawatan berbasis rumah)
e) Tidak adanya Pertemuan berkala dan kegiatan peningkatan kapasitas (pengetahuan dan ketrampilan) bagi ODHA
f) Kurang Melibatkan ODHA dalam perencanaan, pemberian dan evaluasi layanan di sarana Konseling dan tes HIV
g) Minimnya penyediaan klinik konseling dan tes HIV sukarela (KTS) yang berupa konseling pra-tes, tes antibodi HIV, dan konseling pasca-tes
h) Kurangnya penyediaan Klinik KTS harus di rumah sakit kabupatan/ kota sebagai pusat PDP HIV/ AIDS strata II Layanan Klinis
i) Kurangnya Dukungan psikologis dan sosioekonomi
j) Kurangnya tenaga Konseling dan edukasi perorangan, pasangan, keluarga dan kelompok
k) Tidak adanya edukasi untuk SDM rumah sakit dan masyarakat
5. Etika atau Norma Screening HIV/AIDS
Ketika menyinggung masalah hiv/aids  maka yang menjadi tantangan kedepan  adalah mengembangkan sebuah program intervensi yang secara sinergis dapat memadukan pendekatan praktis dan pragmatis dalam sebuah kerangka intervensi yang komprehensif dan berkelanjutan.
Penanganan dan memecahkan masalah HIV/AIDS dengan melakukan pendekatan bersama pemerintah secara pragmatis dan praktis tadi terdapat juga pendekatan lain yang memang secara khusus lebih sering dilakukan untuk memecahkan masalah sosial, dalam hal ini HIV-AIDS melalui pendekatan manajemen kasus, seorang pekerja sosial memiliki peranan yang besar dalam hal ini. Peranan adalah sekumpulan kegiatan altruistis yang dilakukan guna tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama antara penyedia dan penerima pelayanan. peranan merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang untuk menggunakan kemampuannya dalam situasi tertentu.
Manajemen kasus merupakan pelayanan terpadu dan berkesinambungan yang diberikan kepada ODHA untuk dapat menghadapi permasalahan dalam hidupnya. Masalah kesinambungan Manajemen Kasus HIV baru bisa diatasi jika Manager kasus HIV menjadi pegawai fasilitas layanan kesehatan yang juga menerima gaji. Jadi manajemen kasus adalah jasa atau layanan yang mengaitkan dan mengkoordinasi bantuan dari berbagai lembaga dan badan penyedia dukungan medis, psikososial, dan praktis bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan itu.
6. Kode Etik Bidan terhadap Skreening HIV/AID



 
1

1
KESIMPULAN

Dari HIVHumaimmunodeficiencvirusVirus  yang memperlemah sistem kekebalan tubuh, dapadaakhirnya menyebabkan AIDS. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIVFIV, dan lain-lain).Skrining HIV adalah tes HIV anonim yang dilakukan pada sampel darah, produk darah, jaringan dan organ tubuh sebelum didonorkan










DAFTAR PUSTAKA
journal.um-surabaya.ac.id/index.php/qanunmedika/article/download/385/294

1. https://www.scribd.com/document/349033600/SOP-Skrining-Hiv

Varney, Helen : buku asuhan kebidanan/ oleh helenvarney.Jan M, Kriebs, Carolyn L, Gegor, Alig bahasa, Ana Lusiyana[et al.] –ed.4-jakarta : EGC, 2006
1

1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN TERKAIT KASUS "ABORSI" YANG ADA DI INDONESIA

MAKALAH MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA DALAM PENINGKATAN  MUTU PELAYANAN KEBIDANAN TERKAIT KASUS ABORSI YANG ADA DI INDONESIA Mata Kuliah : Mutu Layanan Kebidanan Kebijakan Kesehatan DOSEN PENGAMPU Rizka Ayu Setyani, SST M.PH DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 8                   1.       Srigita Dewiyana H. (16140074)                   2.       Septi Ratnasari         (16140043)                   3.       Efriyanti                   (16140116)                   4.       Kusnul Khotimah     (16140107) Kelas B 1 3 1 SEMESTER GANJIL/III PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 KATA PENGANTAR             Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah yang berjudul ABORSI ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan

MASALAH ETIK BAYI TABUNG MUTU DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

MASALAH ETIK BAYI TABUNG MUTU DALAM PELAYANAN KEBIDANAN Disusun Oleh        : 1.         Fitriana Sindi                         16140012 2.         Maya Sari                               16140025 3.         Angelia Boru Damanik          16140026 4.         Dwi Ayu Pamungkas             16140065 Kelas                     : B.13.1 Kelompok             : 3 ( Tiga ) UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK 2017/2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya yang telah memberikan kekuatan serta kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini adalah “Masalah Etik Bayi Tabung” Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan baik segi isi maupun bahasannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini.