MASALAH ETIK DAN PENYELESAIANNYA
DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
“ DONOR ASI”
Mata
kuliah : Mutu layanan kebidanan dan kebijakan kesehatan
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas B 13.1
·
Nur
Hidayah (16140047)
·
Chlara
Melanie Triandari (16140038)
·
Fitri
Sari Astriyani (16140106)
·
Elisabeth
Claudia D.Y D.C (16140080)
·
Anggreni
Inpa Jaka Mere (16140006)
Universitas
Respati Yogyakarta
Fakultas Ilmu
Kesehatan
Program Studi
D-IV Bidan Pendidik
Tahun 2017/2018
BAB I
A.
Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah
bahan makanan alamiah, ideal, dan
fisiologis. ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh
seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya. Selain komposisinya sesuai untuk
pertumbuhan bayi yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap saat,
ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai
penyakit infeksi. Pemberian ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar
biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa si
anak.
Pemberian ASI eksklusif juga dapat menjarangkan jarak kelahiran dan lebih ekonomis. Banyak hal
yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin
mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon
oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering
puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI.
WHO (Badan Kesehatan Dunia)
sendiri telah secara resmi merekomendasikan bahwa ASI diberikan secara
eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan seorang bayi, pada saat usia 6 bulan
mulai diberikan makanan pendamping ASI yang berkualitas dan pemberian ASI
diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, pemicunya pertama
masyarakat (khususnya ibu), tidak yakin akan manfaat menyusui dan tidak
mendapat cukup informasi tentang ASI.
Kedua, kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau melindungi ibu untuk
menyusui. Ketiga, pemasaran susu formula yang belum tertib dan melibatkan
petugas maupun institusi kesehatan, serta keberadaan konselor yang belum merata
dan memadaikurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya promosi susu
formula.Salah satu solusi yang dapat ditempuh untuk mendongkrak angka itu
adalah donor ASI.
Hal ini semakin menegaskan
perlunya dan pentingnya pemberian ASI bagi seorang bayi. Beberapa ibu mempunyai produksi dan simpanan ASI perah yang berlebih,
sehingga sayang untuk dibuang dan mereka memilih untuk mendonorkan ASI perah
tersebut. WHO sendiri telah menetapkan protokol pemberian asupan bagi bayi
sesuai dengan urutannya sebagai berikut: (1)ASI langsung dari ibunya, (2)ASI
perah dari ibunya, (3)ASI donor dari ibu lain, dan (4)susu formula.
B. Rumusan Masalah
- Apa itu Donor ASI?
- Kenapa masalah donor ASI itu penting serta dilema dan etiknya?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Donor ASI
1.
Pengertian
Donor ASI
Donor
ASIyaitu sebagai alternatif ASI eksklusif yang memberikan manfaat dan bukan
sebaliknya, ASI yang didonasikan oleh seorang ibu bukan untuk bayinya sendiri
melainkan untuk bayi orang lain yang diberikan secara sukarela.
Menurut
WHO dan
UNICEF mengeluarkan dokumen Alasan Medis Menggunakan Pengganti ASI yang telah
dirangkum sebagai berikut:
Indikasi
bagi bayi dan ibu
Indikasi
pada Bayi yang Memerlukan Pengganti ASI:
- Inborn errors of metabolism atau kelainan metabolisme bawaan (galaktosemia, fenilkotenouria, penyakit urin sirup mapel)
Indikasi pada Bayi yang Mungkin
Memerlukan Suplementasi:
- Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (kurang dari 1500 gram) atau usia kehamilan kurang dari 32 minggu
- Bayi berisiko hipoglikemia karena gangguan adaptasi metabolik atau peningkatan kebutuhan glukosa (Kecil Masa Kehamilan, prematur, mengalami stres hipoksik/iskemik, bayi sakit, bayi dengan ibu yang menderita diabetes) jika kadar gula darahnya gagal merespon pemberian ASI
- Bayi dengan kehilangan cairan akut (misal karena fototerapi untuk jaundice) dan menyusui serta memerah ASI belum bisa mengimbangi kebutuhan cairan
- Turunnya berat badan bayi berkisar 7 – 10% setelah hari ke 3 – 5 karena terlambatnya laktogenesis II
Indikasi pada Ibu
- Ibu dengan HIV + (keputusan pemberian minum pada bayi sebaiknya melalui proses konseling saat ibu hamil)
- Ibu sakit berat (psikosis, sepsis, eklamsia atau mengalami renjatan/syok), infeksi virus Herpes Simpleks tipe 1 dengan lesi di payudara, infeksi varicella zoster pada ibu dalam kurun waktu 5 hari sebelum dan 2 hari sesudah melahirkan
- Ibu mendapat sitostatika, radioaktif tertentu seperti Iodine 131, obat – obatan antitiroid.
- Ibu mengalami kelainan payudara, riwayat operasi pada payudara, atau jaringan payudara tidak berkembang.
2. Hierarki Suplementasi
·
ASI/Kolostrum
perah segar dari ibu
·
ASI perah
ibu didinginkan
·
ASI perah
ibu pernah dibekukan dan sudah dicairkan
·
ASI perah
ibu sendiri yang difortifikasi (bila perlu) untuk bayi prematur
·
ASI donor
dari Bank ASI dan dipasteurisasi
·
Formula bayi
hipoalergenik
·
Formula bayi
elemental
·
Formula
berbasis susu sapi
·
Formula
berbasis soya
·
Air atau air
gula
ASI Donor di
Indonesia
Dalam hierarki suplementasi, ASI donor dari bank ASI
dan sudah dipasteurisasi menjadi urutan berikutnya setelah ASI dari ibu si bayi.
Hanya saja, di Indonesia tidak ada Bank ASI yang melakukan skrining terhadap
pendonor ASI serta kultur dan pasteurisasi terhadap ASI donor.
Meskipun ASI memang yang terbaik bagi bayi, kita tidak
bisa menutup mata terhadap kemungkinan ASI terpengaruh dengan penyakit yang
diderita atau gaya hidup pendonor ASI (infeksi HIV, Hepatitis B dan C,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, bertato atau body piercing).
Apalagi sebagian besar penerima ASI donor adalah bayi baru lahir, bayi prematur
atau bahkan bayi sakit.
Ada baiknya bagi ibu yang akan mendonorkan ASInya bagi
bayi lain menyeleksi dirinya sendiri dengan hal-hal sebagai berikut:
Tidak Disarankan Mendonorkan ASI:
- Menerima donor darah atau produk darah lainnya
dalam 12 bulan terakhir
- Menerima transplantasi organ/jaringan dalam 12
bulan terakhir
- Minum alkohol secara rutin sebanyak 2 ounces atau
lebih dalam periode 24 jam
- Pengguna rutin obat-obatan Over the Counter
(aspirin, acetaminophen, dll), pengobatan sistemik lainnya (pengguna
kontrasepsi atau hormon pengganti tertentu masih dimungkinkan)
- Pengguna vitamin megadosis atau obat-obatan
herbal
- Pengguna produk tembakau
- Memakai implan silikon pada payudara
- Vegetarian total yang tidak memakai suplementasi
vitamin B12
- Penyalah guna obat-obatan terlarang
- Riwayat Hepatitis, gangguan sistemik lainnya atau
infeksi kronis (contohnya: HIV, HTLV, sifilis, CMV – pada bayi prematur)
- Beresiko HIV (pasangan HIV positif, mempunyai
tato/body piercing)
Sedangkan bagi orang tua yang memutuskan menerima ASI
donor (tanpa melalui Bank ASI) ada baiknya mempertimbangkan hal-hal di bawah
ini:
- Bagaimana kondisi kesehatan ibu/pendonor? → pola
makan terkait religi/keyakinan
- Apakah uji serologis ibu terhadap HIV, Hepatitis
B, HTLV negatif?
- Apakah ASI tidak tercemar obat, nikotin, alkohol,
dsb?
- Apakah ASI tidak tercampur air, bahan/zat/nutrisi
lain?
- Apakah ASI diperah dan disimpan secara higienis
dan tidak terkontaminasi?
- Apakah jangka waktu penyimpanan dan tempat
penyimpanannya sesuai?
- Bagaimana kondisi bayi ibu/pendonor? → usia bayi
pendonor <1 th , pernah menderita jaundice saat baru lahir?
Menyiapkan ASI Donor
Jika pada akhirnya diputuskan menggunakan ASI donor
yang belum dipasteurisasi, ada 3 teknik perlakuan terhadap ASI yang bisa
dilakukan yang biasa mengurangi penularan penyakit (terutama HIV) melalui ASI.
- Pasteurisasi Holder
ASI dipanaskan dalam wadah kaca
tertutup di suhu 62,5˚C selama 30 menit. Biasanya dilakukan di Bank ASI karena
membutuhkan pengukur suhu dan pengukur waktu.
- Teknik Flash Heating
ASI sebanyak 50 ml ditaruh dalam botol
kaca/botol selai ukuran sktr 450 ml terbuka di dalam panci alumunium berukuran
1 L berisi 450 ml air. Kemudian panci dipanaskan di atas kompor sampai air
mendidih, matikan, kemudian botol kaca berisi ASI diangkat dan didiamkan sampai
suhunya siap untuk diminum bayi.
- Pasteurisasi Pretoria
Panaskan air sebanyak 450 ml di
panci alumunium berukuran 1 L sampai mendidih. Matikan kompor. Letakkan botol
kaca terbuka yang berisi ASI sebanyak 50ml di dalam panci selama 20 menit.
Kemudian angkat dan diamkan sampai suhu ASI siap diminum bayi.
B.
Pentingnya
Masalah Donor ASI
Karena donor
ASI dilakukan apabila seorang ibu yang mempunyai kelebihan ASI dan akan
mubadzir ASInya, jika ASI tersebut terbuang sia-sia maka lebih baik didonorkan.
Ketika ada bayi yang membutuhkan ASI tetapi ibu kandungnya tidak dapat memenuhi
akan kebutuhan ASI bayi tersebut dikarenakan beberapa penyebab, antara lain :
- Ibu meninggal dunia
- Kelahiran prematur, sehingga suplei ASI belum memadai untuk kebutuhan si bayi
- Stress ibu yang melahirkan bayi prematur, juga dapat menyebabkan ASI tidak keluar
- Ibu yang melahirkan bayi kembar 2 atau 3 sehingga suplai ASI nya tidak mecukupi si bayi kembar
- Jika ibu menderita penyakit yang mengharuskan minum obat tertentu dan membahayakan kesehatan bayi, misalnya obat kemoterapi (seperti obat propylthiouracil)
- Ibu menderita penyakit menular, seperti hepatitis atau HIV/AIDS (keputusan pemberian minum pada bayi sebaiknya melalui proses konseling saat ibu hamil)
- Ibu sakit berat (psikosis, sepsis, eklamsia atau mengalami renjatan/syok), infeksi virus Herpes Simpleks tipe 1 dengan lesi di payudara, infeksi varicella zoster pada ibu dalam kurun waktu 5 hari sebelum dan 2 hari sesudah melahirkan
- Ibu mengalami kelainan payudara, riwayat operasi pada payudara, atau jaringan payudara tidak berkembang.
Jika dilihat
dari dilema etiknya :
1) Dilihat dari segi medis
Masalah yang ditekankan dalam donor ASI adalah
kualitas dari ASI yang diberikan. ASI yang didonorkan kepada bayi lain harus memiliki
standar kebersihan yang mencukupi dan tidak mengandug bibit penyakit yang dapat
menular ke bayi yang menerima donor ASI tersebut. Dan ada beberapa yang dapat
menular melalui pemberian ASI, seperti HIV/AIDS, Hepatitis B, dan HTL V dan
CMV. Penyakit-penyakit tersebut sangat dikhawatirkan dapat menular melalui
donor ASI apalagi bayi yang menerima donornya memiliki kekurangan dalam fisik
seperti bayi prematur, dll.
2) Dari segi ekonomi sosial
-
Biaya yang
diperlukan untuk skrining meliputi tes HIV, human T-lymphotropic virus (HTL V),
dan hepatitis B serta CMV apabila akan diberikan bayi prematur, permasalahan
ini yang membuat tidak semua ibu memiliki keadaan ekonomi yang sama sehingga
membuat hal ini sulit dilakukan,
terutama dalam menjamin keamanan dari ASI pendonor.
- Belum adanya
badan yang melakukan seleksi masal bagi pendonor dan melakukan regulasi secara
masif. Sedangkan di Indonesia baru AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) yang
menggalakkan donor ASI saat ini dan baru tercapai dikota-kota besar. Hal ini
baru sebatas edukasi dan perluasan regulasi belum secara konkrit mengatur
kualitas pendonor dan ASI pendonor.
- Banyaknya
pendonor yang menawarkan secara online pada ibu yang membutuhkan tetapi belum
ada perlindungan konsumen akan hal itu.
3) Dari segi pandang islam
Indonesia merupakan penduduk dengan mayoritas muslim.
Dalam hal ini dikatakan bahwa ibu yng memberikan air susunya kepada bayi yang
bukan anaknya, maka antara anak kandung dan anak yang disusuinya akan menjadi
saudara sepersusuan, dianggap mahram dan tidak boleh menikah. Praktik donor ASI
di Indonesia atau dinegara lain tidak dapat membawa konsekuensi mahram antara
pendonor dengan anak pengguna ASI sebab tidak memiliki kriteria dan syarat
terjadinya hubungan mahram sepersusuan. Beberapa hal yang dianggap tidak
memiliki kriteria adalah:
-
Penyususuan
tidak dilakukan secara langsung
-
ASI tidak
murni
-
Tidak ada
penyaksian proses pendonoran atau penyusuan secara langsung.
Problem lain jika donor ASI dilakukan melalui Bank ASI
akan ada resiko yang ditimbulkan, yaitu :
a. Terjadi pencampuran nasab jika
distribusi ASI tidak diatur secara ketat
b. Pendirian Bank ASI memerlukan biaya
yang sangat besar dan terlalu berat untuk ditanggung oleh negara yg sedang berkembang,
seperti Indonesia
c. ASI yang disimpan dalam Bank
berpotensi terkena virus dan bakteri yang berbahaya, bahkan kualitasnya bisa
menurun drastis dibandingkan dengan ASI yang langsung dihisab bayi dari ibunya
d. Dikhawatirkan ibu dari keluarga
miskin akan berlomba untuk menjual ASInya kepada Bank ASI dengan harga tinggi,
sedangkan anak mereka diberi susu formula
e. Para wanita karir yang sibuk dan
punya uang akan semakin malas untuk menyusui bayinya.
Hal itu telah diatur dalam MUI No.28 Tahun dan
Peraturan Pemrintah No.33 Tahun 2012
pasal 11
C. Tanggapan kelompok terhadap masalah
dikaitkan dengan 7 kode kebidanan
Jika dikaitkan dengan kode etik kebidanan dilihat dari
sudut pandang kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat, yaitu memberikan
pelayanan yang berpedoman pada peran dan tugas serta tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, bahwa ASI atau air susu ibu merupakan makanan alami
terbaik bagi bayi. Kesadaran ibu di Indonesia memberikan ASI ekslusif selama
enam bulan pun mulai meningkat. Sayangnya, pada kenyataannya ada beberapa kasus
ibu tidak dapat memberikan ASI. Di sinilah donor ASI bisa menjadi solusi. Benar
bahwa donor ASI memang dibutuhkan. Tetapi fakta yang berkembang sekarang ini
berbeda,saat ini Ibu-ibu sudah sangat sadar untuk memberikan ASI kepada
bayinya, namun sayangnya dengan mudahnya mendapatkan tawaran donor ASI, mereka
jadi tidak mau berusaha memeras atau menyusui sendiri.
Disisi lainnya apabila dikaitkan dengan kode etik
kebidanan dari sudut kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa, dan
tanah air. Dalam hal itu dijelaskan
bahwa, bidan dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan pemerintah
dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan KIA, namun dalam hal. pencarian
donor ASI bisa didapatkan dengan mudah, mulai dari beredar di grup-grup pesan
instan atau media pertemanan sosial. Kendati demikian, praktik donor ASI di
Indonesia sudah berjalan ke arah yang tidak terkendali, karena belum adanya
kebijakan dari pemerintah mengenai perlindungan konsumen yang menerima donor
ASI tersebut.
D.
Solusi/ide kelompok terhadap masalah
a. Dari segi kewajiban bidan terhadap
klien dan masyarakat, yaitu setiap bidan
dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada peran, tugas, dan tanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan dimasyarakat. Bila dilihat dari segi medis untuk menjaga
kualitas ASI yang akan diidonorkan dan kesehatan bayi yang akan menerimanya,
maka perlu adanya penapisan. Penapisan itu bertujuan untuk menyingkirkan ASI
dari ibu yang memiliki kontraindikasi seperti penyakit HIV, Hepatitis B, HTL V,
dan CMV. Agar penapisan tersebut dapat berjalan, maka harus ada lembaga atau
organisasi yang mengatur masalah donor ASI, pemberian edukasi kepada ibu yang
tidak dapat menyusui sendiri tidak memberikan donor ASI pada bayinya tapa
penapisan terlebih dahulu hal itu bertujuan untuk menghindari kemungkinan
timbulnya permasalahan kesehatan bayi.
b. Dari segi kewajiban bidan terhadap
teman sejawat, untuk masalah donor ASI online seharusnya diberikan edukasi
sejak awal bagi ibu-ibu untuk tidak memberikan donor ASI kepada bayinya jika
tidak diketahui secara jelas asal-usulnya, maka dari itu perlunya kerja sama
dari team dokter, dokter sebagai perantara. Sehingga donor ASI yang berasal
dari pendonor online ditampung terlebih dahulu untutk diseleksi, dan diperiksa
sebelum diberikan kepada yang membutuhkan, dan juga pada saat Pemberian donor
ASI perlu didampingi seorang konselor menyusui supaya bisa sama-sama mencari
jalan keluar terhadap tantangan menyusui. Dengan harapan, nantinya ibu tidak
membutuhkan lagi donor ASI karena dia bisa menyusui. Diutamakan untuk kondisi
yang bersifat darurat, misalnya bayi sakit, dirawat di UGD, ASI ibunya drop
karena stres, ibu meninggal, ibu dirawat di rumah sakit, ibu yang dalam proses
relaktasi atau ingin kembali menyusui setelah sebelumnya menghadapi kendala menyusui.
Adapun, jika masalahnya puting payudara lecet, payudara bengkak, solusinya
bukan donor ASI, melainkan konseling dengan seorang konselor menyusui.
Sebagian besar kondisi di atas
terjadi di hari-hari awal kelahiran. Dengan mempertimbangkan keuntungan dan
risikonya, keputusan menggunakan suplementasi harus berdasarkan penilaian
dan evaluasi dari konselor laktasi, dokter anak, dan dokter kebidanan
mengenai proses menyusui yang meliputi: observasi saat menyusu langsung pada
payudara, evaluasi pasokan ASI, riwayat persalinan, evaluasi posisi, pelekatan,
kekuatan isap, kemampuan menelan, dan penilaian kondisi bayi secara menyeluruh.
Kondisi pada ibu dan bayi akan menentukan apakah suplementasi ini bersifat
sementara atau menetap. Perlu diingat juga, tujuan akhir dari suplementasi ini
adalah untuk mempertahankan menyusui.
c. Dari segi kewajiban bidan terhadap
pemerintah, nusa bangsa, dan tanah air
Untuk mengatasi masalah diatas, sangat dibutuhkan
peran dari pemerintah baik dana maupun jasa, melihat mahal biaya untuk
melakukan penaisan dan penyeleksian masal, serta belum rata kegiatan tersebut
kedaerah-daerah terpencil. Kegiatan skrining atau penapisan tidak hanya dilakukan
pada ASI saja tetapi ibu yang memproduksi ASI. Jadi tidak semudah itu dalam
memberikan donor ASI. Dan juga
penyimpanan dan idealnya pengiriman harus dilakukan seperti darah, yaitu
disimpan dalam kotak pendingin khusus dan petugas pengelolaannya menggunakan
alat perlindungan diri. Saat ini hanya RSCM yang memiliki Bank penyimpanan ASI
yang cukup baik, berbeda dengan diluar
negeri dimana Bank ASI sudah sangat terstruktur. Maka dari itu Bank
ASI tidak hanya memastikan keamanan ASI, tetapi juga menjamin zat gizi dalam
ASI tetap terjaga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ASI merupakan
makanan ideal bagi bayi yang tidak tergantikan oleh susu formula. Komposisi
nutrien yang terkandung di dalam ASI sangat tepat dan ideal untuk tumbuh
kembang bayi, selain juga memenuhi kebutuhan dasar anak akan kasih sayang dan
stimulasi. Namun, tak sedikit para ibu yang tidak dapat menyusui bayinya,
terutama bayi prematur, karena produksi ASI belum maksimal. Di lain pihak,
banyak para ibu yang memiliki ASI berlimpah sehingga sayang untuk dibuang dan
memilih untuk mendonorkannya.Melihat dilema yang ada saat ini, sangat dianjurkan kepada ibu-ibu yang
baru saja melahirkan untuk tetap menyusui bayinya dengan ASI-nya sendiri agar
terjamin kualitasnya tanpa mengkhawatirkan permasalahan yang akan muncul
kedepannya. Namun jika memang tidak memungkinkan untuk menyusui sendiri, ada 2
alternatif yang dapat digunakan yaitu menggunakan donor ASI perah atau dengan
menggunakan susu formula. Jika ingin menggunakan donor ASI perah, sebaiknya
memperhatikan kemungkinan masalah yang akan muncul baik dari segi medis, ekono-sosio
kultural, maupun dari segi agama sehingga tidak akan menjadi kekhawatiran
tersendiri kedepannya.
B. Saran
Dari segi
kesehatan, sebelum berbagi ASI perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya
penularan penyakit. Karena itu, sebelum mendonorkan ASI-nya, seseorang perlu
melakukan skrining ada tidaknya penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan,
Abdul Aziz, (ed). Ensiklopedi Hukum
Islam, jilid 4 dan 5, jakarta : PT.Ichtiar Baru van Hoeve,2001
www.idai.or.id/donor-asi
aimi-asi.org/layanan/lihat/donor-asi-kapan-dan-bagaimana
Brent, N.,
2013. The Risks and Benefits Of Human Donor Breast Milk diunduh dari http://
The risks and benefits of human donor breast milk. [Pediatr Ann. 2013] – PubMed
– NCBI.htm pada 20 November 2015
Kementerian
Kesehatan RI, 2015. Mari Dukung! Menyusui dan Bekerja. Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan
Keputusan
Menkes RI No. 237/MENKES/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu
Tasya, A.
Rangkuman Peraturan Perundangan Di Indonesia Menyangkut Air Susu Ibu (ASI).
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia , Jakarta
Walker, M. (2011) Breastfeeding
Management for the Clinician: using the evidence. 2nd ed. Sudburry, MA. Jones
and Bartlett
Lawrence, RA. (2011) Breastfeeding: A
Guide for the Medical Profession. 7th ed. Maryland Heights, MI. Mosby
ABM Protocol #3. Hospital Guidelines for
the Use of Supplementary Feedings in the Healthy Term Breastfed Neonate. (2009)
Revised Edition. www.bfmed.org
Israel-Ballard, K., et al. (2008)
Flash-heated and Pretoria Pasteurized destroys HIV in breast milk &
Preserves Nutrients! Advanced Biotech. http://www.advancedbiotech.in/51%20Flash%20heated.pdf accessed
January 8, 2012
Komentar
Posting Komentar